"Hei oper bola itu kepadaku!" teriak salah satu anak,
"Langsung tendang aja bolanya. Gausah pikir panjang!"
"Eh kiper nya fokus lah."
"GOLLL!!!!"
Suara-suara inilah yang selalu aku dengar setiap sore. Duduk di bangku kayu seperti biasa sembari melihat anak-anak yang sibuk bermain bola merupakan hal yang aku sukai. Sudah hampir 1 tahun aku melakukan ini, melihat bagaimana anak-anak itu berkembang menjadi sosok yang luar biasa dalam kurun waktu belakangan. Bocah botak itu sudah memiliki rambut, kiper dengan badan yang gempal itu sekarang sudah lebih mendingan, dan anak berkulit hitam itu masih kencang larinya seperti biasa. Aku biasa duduk di bangku ini dari sore hingga suara adzan Maghrib berkumandang. Karena disaat itulah, anak-anak yang sedang bermain ini akan pulang. Menikmati senja dengan roti isi daging dan susu cokelat yang selalu aku bawa memang menenangkan. Udara disini juga cukup segar. Namun, di sore ini ada yang berbeda. terlihat seorang gadis belia sedang duduk di bangku yang sama dengan diriku, melihat pertandingan bola ini juga. 30 menit aku dan dia hanya melihat pertandingan bola tanpa ada percakapan sedikitpun, lantas aku memberanikan diri untuk memulai percakapan,
"Suka bola juga?"
Dia tidak menjawab, hanya fokus dengan pertandingan bola tersebut. Aku yang sudah mulai merasa malu karena tidak dihiraukan, mulai berusaha untuk tidak menciptakan suatu perbincangan.
"Tidak, aku hanya disuruh menemani adikku." Jawabnya,
"Oleh kedua orangtuamu?"
"Tidak, hanya ibu yang menyuruhku. Ayah sedang bekerja." Gerutunya,
"Tapi kenapa kamu seperti kesal begitu? Bukankah seru melihat adikmu bermain bola?"