Fikri, Roby, dan Adam mengangguk, memahami nasihat tersebut. Mereka merasa lebih tenang dan yakin bahwa mereka bisa menghadapi apa pun yang terjadi, selama mereka tetap berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh.
Sore harinya, Adam, Fikri, dan Roby bertemu dengan Budi di warung kopi tempat mereka biasa nongkrong. Budi mendengar kisah mereka dengan penuh minat dan penasaran.
"Wah, kalian beneran ketemu pocong pinjol kemarin? Serem juga ya," kata Budi sambil menyeruput kopi.
"Iya, Bud. Pocong itu masih neror kita malam-malam," jawab Fikri.
"Gue sama Fikri minta maaf, Bud, beberapa hari ini kita nggak ikut tahlilan di rumah lu," ucap Roby.
"Gak apa-apa, Bro. Santai aja, gue paham kok kondisinya," jawab Budi.
"Kalian harus lebih hati-hati. Gue punya teman yang bisa bantu kalian lebih jauh soal ini. Namanya Kang Asep. Dia bisa bantu cari tahu lebih banyak soal gangguan ini," usul Budi.
"Kenapa enggak? Kita coba aja," kata Roby dengan semangat.
"Kang Asep nanti gue minta hadir di tahlilan ibu gue nanti malam biar kalian juga nggak takut lagi," ucap Budi.
"Nah, gitu dong. Kalau ada orang dewasanya enak, kita berasa ada yang bimbing," saut Adam yang dari tadi sibuk ngopi tanpa sepatah kata pun.
"Oke, nanti kita kumpul di masjid aja ya. Habis itu langsung ke rumah Budi," usul Roby.