Mohon tunggu...
fikri syah
fikri syah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menari Dengan Literasi

Buku saya : Utang Itu Candu,menjalani hidup yang waras tanpa riba | Blog pribadi : https://www.banguntidur99.com/

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Mati Penasaran, Teror Pocong Pinjol Part II

11 Juli 2024   22:41 Diperbarui: 11 Juli 2024   23:00 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah pribadi dari https://www.tiktok.com/@ghostdmarketing/video/7380033288808975662

Hari Kedua Tahlilan

Pada hari kedua tahlilan, suasana masih mencekam. Tak ada yang berani mengaji di pemakaman setelah penampakan pocong kemarin. Adam, Roby, dan Fikri tiba sekitar pukul delapan malam. "Gimana, Bud, sudah dilunasin belum pinjamannya?" tanya Fikri. "Belum, Fik. Bapak gue belum ada uang, katanya nunggu gajian minggu depan," jawab Budi.

Adam menyela, "Eh, di kampung sebelah lagi heboh soal pocong pinjol."
"Serius lu, Dam?" saut Roby.
"Iya, katanya orang yang meninggal jadi pocong karena hutang pinjolnya sampai ratusan juta. Ditambah dia suka main judi online, jadi hutangnya makin membengkak," lanjut Adam.
"Wah, ngeri juga ya zaman sekarang. Kejerat pinjol terus jadi setan, nyusahin orang yang masih hidup aja," ucap Fikri.

Pukul sebelas malam, warga mulai meninggalkan rumah Budi. Namun, Roby, Adam, dan Fikri tetap di sana, ditemani empat santri yang kemarin mengaji. Mereka mengobrol tentang pocong pinjol di kampung sebelah.

Saat sedang asyik mengobrol di teras rumah, terdengar suara benda jatuh dari arah kebun pisang milik Budi, tepat di depan rumahnya. "Suara apaan tuh?" ucap Roby kaget.
"Pohon pisang roboh kayanya," jawab Budi. Roby penasaran dan ingin mengecek sumber suara tersebut.

Roby mengajak Adam dan Fikri, tapi mereka menolak. "Cek aja sendiri, gue takut," ucap Fikri.
"Iya, cek sendiri aja. Kan kemarin lu belum liat pocongnya," saut Adam sambil tertawa. Roby, penasaran dan takut dibilang pengecut, lalu menghampiri suara benda jatuh itu.

"Pocong-pocong dasar penakut," ucap Roby sambil menggerutu. Dengan bekal golok dan senter dari HP-nya, Roby mulai menyoroti kebun pisang. Semakin dalam dia masuk, semakin gelap dan sunyi. Setelah sampai di sumber suara, ternyata benar, pohon pisang roboh. "Ah, bener kata Budi, pisang roboh," ucap Roby dalam hati.

"Rob, Roby," suara Adam memanggil, tapi Roby tak kunjung keluar dari kebun pisang. Terdengar bunyi gesekan daun pisang dan rumput, lalu Roby muncul dengan membawa buah pisang yang setengah menguning. "Gak ada yang harus ditakuti. Nih, bener kata Budi, pohon pisang roboh," ucap Roby dengan nada sombong.

Saat hendak melangkah menuju rumah Budi, mata Roby tertuju pada ujung jalan sebelah kanan. Di sana, seperti ada orang berdiri memperhatikannya. Bayangan itu perlahan mendekat, tapi anehnya, jarak semakin dekat tapi tak ada gerakan melangkah. Tiba-tiba, Roby menyadari bahwa itu bukan orang, melainkan pocong yang sedang menghampirinya. Semakin jelas dan menyeramkan wujudnya.

"Wey Rob, ngapain diem disitu?" ucap Budi. Roby dengan kaku menunjuk ke arah pocong yang semakin mendekat. Mereka bertiga keluar pagar dan melihat pocong yang menyeramkan mendekat. Sontak mereka berempat menjadi kaku. Bau busuk menyengat dan terdengar suara, "Lunasin hutang sayaaaaa." Tiba-tiba, bapak Budi memanggil dari dalam rumah, "Bud, kopi taruh di mana?" Pocong yang hampir terlihat jelas tiba-tiba menghilang. Setelah itu, mereka langsung berlari ke dalam rumah.

Budi dan teman-temannya berebut masuk ke dalam rumah, meninggalkan buah pisang di tengah jalan. Melihat tingkah laku mereka yang aneh, bapak Budi mengambil buah pisang tersebut. "Bau apaan nih, kaya bau bangke," ucap bapak Budi. Beruntung, bapak Budi tidak sampai ditampaki pocong pinjol. Keempat remaja tadi berkumpul di kamar Budi karena ketakutan dan tidak berani keluar sampai pagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun