'Gubraakkk, gubraakkk, gubrraakkk,' suara berisik dari atas genteng saung terdengar.
Buyar semua sugesti yang Adam tanamkan, terbirit-birit ia lari menuju rumahnya sendiri dan membatalkan niat menuju rumah Roby, padahal Fikri dan Roby sedang menunggunya.
'Pocoooooonggggg,' teriak Adam sambil menenteng sandal jepitnya agar bisa berlari lebih cepat.
Usut punya usut, ternyata suara berisik di atas genteng adalah suara kucing berantem yang kebelet kawin, bukan pocong yang ia pikirkan.
Sementara itu, Fikri dan Roby ketiduran karena menunggu Adam yang tak kunjung datang ke rumah Roby.
Roby terbangun mendadak dan melihat jam dinding, 'Udah jam setengah sebelas, kemana si Adam nih?' gumamnya.
Fikri masih tertidur pulas di sofa ruang tamu Roby. Roby mencoba membangunkannya, 'Fik, bangun, udah malem nih. Adam gak datang-datang.'
Fikri membuka mata dengan malas, 'Hah? Udah malem ya? Adam belum datang?'
'Iya, gue gak tahu kenapa dia gak jadi datang. Mungkin dia takut lewat makam,' jawab Roby.
'Mungkin juga. Gue sih udah males balik rumah. Gue nginep sini aja deh,' kata Fikri sambil merentangkan tangan.
'Boleh aja, Fik. Tapi besok lu harus cerita sama orang tua lu ya, biar mereka tahu apa yang terjadi,' ujar Roby.