Fita bengong sesaat. Baru saja dia baca halaman digital tentang ajakan berkolaborasi menulis fiksi. Bahasa lawas namun masih masa kini muncul di layar. Ilfil. Ilang Filing. Dia pikir ini cuma kolaborasi fiksi istimewa. Percintaan kata yang dia rindukan. Tapi itu semua hanya dalam angan belaka. Lupakan orgasmik literasi. Ajakannya datang karena ada okasi khusus.
"Please dehh, dari dulu kita juga udah kolaborasi. Ngapain musti lapor?"
"Sabar. Sebentar. Gue ada ide nih!"
"Gimana gimana?"
"Jadi ideku adalah, kita ga fiksi, car!"
"Kita apa dong?"
"Realita."
"Baguus! Lanjutin!" sutradara berbicara pelan sambil mengacungkan jempolnya. Ia terlihat nyaman di kursi itu. Raut mukanya kini berseri.
Tiba - tiba tanpa diduga pintu kamar Gikri terbuka. Gikri bertanya dengan lirikan mata yang langsung dijawab dengan gerakan lengan ke atas dan gelengan kepala sang sutradara. Gikri menuju pintu. Kosong. Bulu roma Gikri vertikal. Gikri ke luar kamar kostnya. Mencari siapa yang membuka pintu di lorong bangunan. Kosong. Sutradara memberikan isyarat tangan untuk tetap melanjutkan pengambilan gambar.
Gikri kembali ke depan layar monitor, meneruskan obrolan dengan Fita. Mereka masih melanjutkan dialog yang tadi.
"Eh sori, tadi pintu kamar gue kebuka, pas gue cek ga ada orang."