"Gue sama lo sama - sama memiliki asumsi tentang perilaku seks tetangga kosan, tapi salah semua. Misal nih, gue menyangka lo orang baik - baik, terus suatu hari gue bawa cowok gw ke kamar, terus gue takut ketahuan sama lo, lo juga gitu. Lo berpikir gue cewek baik - baik, lo juga ngumpetin cewek di kamar. Jadi kita berdua sama - sama nakal. Tapi berusaha terlihat sebagai orang baik - baik. Kasarnya, kita munafik."
"Hmmm okay." Gikri datar.
"Aneh ga?"
"Ga aneh kok."
"Tapi?"
"Iya ga aneh, jadinya ga spesial. Jadinya menurut gue itu biasa."
"Ooohh, oke."
"Semua orang pasti pengen karyanya bagus. Monumental. Kan nanti pasti heboh tuh jadinya. Kalau cerita tentang selangkangan, orang skizo, cinta, orangtua dan anak, mimpi, sampe power ranger, pasti terlihat biasa. Kenapa? Karena semuanya berusaha untuk bagus. Jadi menurutku kita nulis tentang hal remeh aja. Jadinya nanti luar biasa. Hahaha!"
Fita bengong sesaat. Baru saja dia baca halaman digital tentang ajakan berkolaborasi menulis fiksi. Bahasa lawas namun masih masa kini muncul di layar. Ilfil. Ilang Filing. Dia pikir ini cuma kolaborasi fiksi istimewa. Percintaan kata yang dia rindukan. Tapi itu semua hanya dalam angan belaka. Lupakan orgasmik literasi. Ajakannya datang karena ada okasi khusus.
"Please dehh, dari dulu kita juga udah kolaborasi. Ngapain musti lapor?"
"Sabar. Sebentar. Gue ada ide nih!"