Hari itu Selasa. Pukul dua siang saya masih makan nasi padang di sekitar kost. Saya berangkat dari Jogja. Setelah sebelumnya sudah berjanji dengan Harsya dan Angky untuk bersama - sama menumpang kereta api kelas ekonomi ke Jakarta. Rasanya malas sekali kalau menaiki kereta ekonomi seorang diri. Ga ada temen ngobrol buat sepuluh jam ke depan.
"Kamu ke stasiun jam berapa, Ky?" Saya sms Angky sekitar jam dua siang.
"Jam 4," tak lama berselang.
"Kalo kamu nyampe duluan, beliin tiket buat aku dulu ya!"
"Oke!"
Jam tiga siang saya masih berkutat dengan pemindahan data dari handycam (hendikem) yang baru saja selesai dipinjam sebuah band tweepop Jogja untuk tour seminggu di Jakarta. Minjemin dengan sukarela, tanpa duit rokok sepeserpun (kode). Hahaha. Rencananya, hendikem itu mau saya bawa untuk kegiatan perekaman aktivitas menuju Pantai Sawarna. Tapi hingga setengah empat, hendikem laknat tersebut malah bermasalah. Datanya ngadat, ga mau dipindah. Entahlah, mungkin itu namanya penyakit mepet. Selalu saja ada masalah ketika diperlukan.
Jadwal Kereta Progo setengah lima. Setengah empat saya lekas mandi. Sambil berak juga. Nasi Padang menstimulasi metabolisme pencernaan tubuh lebih cepat. Silit saya sudah berkontraksi. Jam empat kurang lima belas, saya tuntas. Kemudian lima belas menit selanjutnya, secara fantastis saya berhasil packing seluruh kebutuhan saya, memberesi hendikem, memasukkan pakaian ke dalam tas ransel, mematikan listrik kamar, hingga berpakaian lengkap. Jam empat saya siap ke stasiun.
Jam empat lebih sedikit saya sudah di stasiun. Saya cari Harsya dan Angky. Nihil. Saya datang lebih dulu dari mereka. Saya, Angky, dan Harsya beda misi. Mereka menuju Jakarta untuk bergabung dengan Wibi, yang akan menjelajahi Kampung Badui. Sebulan yang lalu Harsya dan Wibi sudah ke sana. Sepertinya Badui memberi efek adiktif.
Saya lihat antrian di depan loket sudah panjang. Padahal di atas loket telah tergantung tulisan "Untuk Kereta Progo, tempat duduk sudah habis." Sialan!
Saya tidak mengerti apa yang menyebabkan penuhnya penumpang saat itu. Padahal bukan akhir pekan dan tidak ada libur. Ya sudahlah, saya sudah menyiapkan kaki untuk berdiri berjam - jam nanti.
Beberapa hisapan rokok kemudian, mereka datang. Ternyata Nikki juga ikut.