Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Disrupsi Generasi Milenial dan Generasi Z dalam Menyikapi Nasionalisme (Refleksi Hari Kebangkitan Nasional)

20 Mei 2022   09:34 Diperbarui: 20 Mei 2022   09:38 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kita baca sekilas fakta sejarah tersebut dan membandingkannya dengan Generasi Milenial dan Z secara apple to apple tentu tidak wajar dan bijak, karena massa generasi milenial dan Z berbeda dengan jaman dahulu yang belum memiliki teknologi dan informasi yang serba cepat dan canggih. Oleh sebab itu apa sebenarnya disrupsi Generasi Milenial dan Z dalam menyikapi pentingnya nasionalisme ini?

Disrupsi yang dilakukan oleh Generasi Milenial dan Z, atau mungkin sebetulnya  terjadi juga di era sebelumnya namun tak begitu terlihat, disrupsi tersebut adalah mengenai sikap generasi milenial dan Z yang menganggap bahwa sesuatu yang asalnya dari luar baik itu mengenai teknologi, style, fashion, pemikiran, gaya hidup maupun tentang pergaulan, mereka menganggap negara di luar Indonesia lebih unggul dan kekinian di banding kan dengan yang dimiliki oleh kita.

Kita sepakat bahwa negara-negara Barat di Eropa dan Amerika lebih unggul dalam segi teknologi dll. Tetapi kita jangan terjebak dalam romantisme percepatan teknologi tersebut. Kita sebagai negara yang umumnya konsumtif terkait teknologi dan mereka sebagai negara yang produktif, menjadikan bangsa kita adalah bangsa dengan target pasar yang begitu empuk untuk di permainkan.

Dengan kita yang hanya selalu bergantung kepada gadget (tanpa ada nilai positif dalam penggunaanya), menjauhi sikap sosialisasi, tidak mau lagi tolong menolong dan mengklaim bahwa diri kita anti sosial padahal belum pernah mengecek kepada ahlinya bahwa memang kita anti sosial (hanya bisa mengklaim dan menduga-duga), berarti tanpa kita sadari, mereka (pembuat teknologi tersebut) telah berhasil menanamkan sifat konsumtif yang terus-terusan kepada kita dalam belenggu teknologi. 

Secara tidak langsung, kita yang merasakan dampak kerugiannya dan mereka mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Inilah ironi yang tak banyak orang sadari.

Orang jaman dahulu sibuk menggali apa saja identitas bangsa yang musti di angkat dan dipertahankan, kita di jaman sekarang malah sibuk mengglorifikasi pemikiran-pemikiran tak bernorma yang bahkan sangat di bangga-banggakan padahal sebenarnya merugikan. Inilah ironi kita saat ini.

Oleh sebab itu mari mulai mengenali bangsa kita agar tidak terjebak pada sesuatu yang menjerumuskan kita ke dalam kerugian dunia dan akhirat. 

Bangsa ini memiliki norma, ada norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, norma hukum dll., mari kita pelajari dan bersikap sesuai norma kembali agar kita tahu mana batasan pemikiran luar yang bisa diambil (yang sejalan dengan norma) dan mana batasan pemikiran luar yang tidak harus diambil (dibuang/dibiarkan/di block).

Bila kita sudah melakukan hal tersebut maka kita tidak hanya bisa mengenali diri sendiri, tapi kita bisa mengenali bangsa ini, bangga akan kekayaanya, mempertahankan apa yang seharusnya perlu di pertahankan tetapi kita juga tidak menutup diri dengan dunia luar untuk mengambil hal yang baik dari sana.

Maka kemudian Disrupsi sikap nasionalisme akan semakin nyata bila kita tidak memprioritaskan dan mengglorifikasi hal yang fundamental (akar) mengenai pentingnya sikap mempelajari dan menjalankan sifat nasionalisme tersebut. Kunci strategi untuk kembali merajut sifat nasionalisme sudah di gagas oleh dr. Wahidin Sudirohusodo, yaitu dengan Pendidikan, Pengajaran dan Menumbuhkan Kesadaran Bangsa.

 Maka, penting untuk kita sebagai rakyat yang memiliki pengetahuan tentang pentingnya sikap nasionalisme yang harusnya memberikan pengetahuan tersebut kepada minimal orang-orang terdekat, dimulai dari hal yang kecil dengan begitu kita pun mudah-mudahan tidak akan terjebak pada pola atau dampak negatif percepatan teknologi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun