Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Disrupsi Generasi Milenial dan Generasi Z dalam Menyikapi Nasionalisme (Refleksi Hari Kebangkitan Nasional)

20 Mei 2022   09:34 Diperbarui: 20 Mei 2022   09:38 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hal untuk meminimalisir tingkat kesalahan yang besar adalah dengan belajar dari kesalahan yang dialami diri sendiri dan orang lain di masa lalunya. Seharusnya, sejarah bisa menjadi salah satu batasan dan pedoman untuk kita bisa memfilter informasi apa yang seharusnya kita bisa gunakan, salah satu pedoman tersebut adalah mengenai sejarah Kebangkitan Nasional.

Penulis tidak serta merta mengajak pembaca untuk menghafal nama-nama pahlawan yang berjuang di Hari Kebangkitan Nasional, walaupun kita sebagai penikmat kebebasan kemerdekaan sampai hari ini wajib tetap mendoakan jasa para pahlawan. Yang penulis ingin sampaikan dalam tulisan ini adalah mengenai esensi, makna, dan pembelajaran apa yang bisa diambil agar bisa kita jadikan landasan dalam menjalani kehidupan saat ini.

KEBANGKITAN NASIONAL

Mungkin kita mempertanyakan suatu hal bahwa "mengapa bisa Indonesia di jajah begitu lamanya oleh Negara-negara Eropa padahal jumlah massa kita banyak? Apa mungkin semua masyarakat Indonesia setidak tahu itu tentang penindasan yang terjadi (tidak sadar akan penjajahan yang di alami)? Apalagi sudah ada agama di Indonesia yang memberikan pembelajaran bahwa kita tidak boleh pasrah sebelum berjuang..

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan jawaban "ya, benar" massa (jumlah) kita lebih banyak dari penjajah, tapi jumlah massa yang banyak tentu tidak bisa dijadikan alasan untuk bisa menang. 

Mungkin percuma bila massa banyak tetapi jika tak satupun ada orang inisiatif yang berpengetahuan untuk menyadarkan bahwa Indonesia sedang di jajah, maka jangan heran bila mengapa kita begitu lama dijajah karena ternyata kita tidak cukup sadar bahwa kita pernah dalam situasi yang sulit namun kita tetap menikmati hal tersebut.

Maka dari sini kita belajar perlunya banyak ilmu pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi, dan ilmu itu musti kita bagikan kepada mereka yang perlu untuk mengetahuinya. 

Bayangkan bila ilmu pengetahuan tersebut tak pernah di bagikan dan manfaatnya hanya di rasakan oleh sendiri, mungkin kita tak pernah bisa menikmati kenyamanan terang di malam hari dari Thomas Alva Edison dengan penemuan lampunya.

Tapi tidak semua orang Indonesia setidak tahu itu tentang kesadaran bahwa kita ini sedang di jajah. Buktinya banyak perlawanan yang muncul dari daerah, seperti Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, Cut Nyak Dien di Aceh, Tuanku Imam Bonjol di Sumatra Barat. Tapi semua perlawanan yang dilakukan di daerah itu tak banyak membuahkan kemenangan, alasannya karena perlawanan kita yang masih bersifat kedaerahan (masih masing-masing), sifat kita yang mudah terprovokasi (mudah di adu domba) dan mungkin memang senjata kita yang kurang modern dibanding mereka. Oleh sebab itu kita masih tetap kalah walaupun melawan.

Pelajaran yang dapat diambil dari sini yaitu pentingnya kita perlu menyamakan persepsi, tujuan, dan cita-cita untuk bersatu. Cita-cita yang sama pada saat itu adalah cita-cita tentang kemerdekaan. Maka bila sudah menyamakan persepsi dan cita-cita, semakin kita bersatu semakin kuat pula kita untuk bisa melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan.

Ketika berbagai macam upaya telah di lakukan tetapi belum membuahkan hasil kemerdekaan, maka pasti ada strategi yang harus di ketahui untuk melerai penindasan tersebut. Strategi tersebut adalah berupa pendidikan, pengajaran dan memupuk kesadaran nasionalisme bangsa, inilah strategi yang di lakukan oleh salah satu Pahlawan kebangkitan nasional yaitu dr. Wahidin Sudirohusodo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun