Anak seperti ini jangan malah dijauhi atau dicueki. Tetap libatkan ia dalam segala hal termasuk dalam hal pengambilan keputusan, misalnya saat menentukan tujuan liburan, saat diskusi tentang suatu persoalan, dsb. Dengan melibatkan anak, ia akan merasa berarti dan dihargai.
Ketujuh, beri pujian.Â
Jangan lupa untuk memberi pujian dan pelukan hangat saat mereka mampu mengerjakan aktivitasnya dengan baik. Pujian ini berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan dirinya.
Kedelapan, perhatikan asupan gizi anak.Â
Ini penting, karena salah satu pemicu apati ini adalah anemia dan stres. Anemia sangat berkaitan dengan tercukupi atau tidaknya asupan gizi sang anak. Ketika asupan gizinya baik, maka dapat memperbaiki kinerja otak dan tubuh lainnya.
Kesembilan, pendekatan agama.Â
Tingkatkan keimanan anak. Mendekatkan diri kepada Tuhan adalah salah satu jalan terbaik untuk mengatasi segala permasalahan dalam kehidupan.
Kesepuluh, konsultasi kepada ahli.Â
Jika sudah tidak memungkinkan lagi, tidak ada salahnya orangtua mengajak anak untuk berkonsultasi dengan ahli, seperti psikolog untuk memeroleh solusi yang tepat.
Nah, bagaimana? Sudah bisa membedakan antara malas yang biasa dengan malas apati? Meski terlihat tidak terlalu membahayakan, namun faktanya apati ini dapat mengubah seseorang menjadi pribadi yang negatif. Jika demikian, tentu ini akan menjadi ancaman, bukan hanya terhadap diri sendiri namun juga orang lain.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H