"mas Yono tahu apa yang harus mas Yono lakukan dek...nggak usah khawatir ya..." tenang Yono
Sari terdiam. Membisu diantara rinai malam yang semakin pekat.
***
Kedai mbak Juriyah siang ini kembali ramai. Teriknya matahari tepat diatas ubun-ubun menjadikan kedai kopi berdinding kayu ini tak ubahnya caffee di tengah kota yang mampu menghilangkan stress sejenak setelah lelah bekerja.
"Yon, gimana ? kutengok semalam kau tak ada di barak ? kau pasti ke dusun sebelah kan ?" pekik mang Deden sambil terbahak
"Ah, benar tuh Yon ? jadi jumpa kau sama perempuan itu ? kau apakan dia Yon ?" sahut mang Kadir
Yono menyeruput perlahan secangkir kopi buatan Sari.
"aku tahu perempuan di cerita mang Deden dan mang Kadir itu cuma khayalan. Itu fiktif mang. Jadi nih, biar semua di kedai ini tahu yaaa, perempuan dalam cerita itu sama sekali tidak ada ! itu cuma khayalan dari seorang pemabuk. Tidak lebih. Tidak kurang." Teriak Yono bersemangat. Kali ini suaranya terdengar begitu lantang. Seperti ada pesan yang hendak disampaikannya.
Mang Deden dan mang Kadir berpandangan lalu tersenyum kelu, "ah, mengkhayal kita Den ? mabuk kita Den ? tak ada perempuan itu ? tahu dari mana si Yono ini ???" gumam mang Kadir terheran-heran sendiri
Yono melirik Sari yang tengah mengaduk secangkir kopi sambil tersenyum. Sari membalas senyuman lalu membenamkan wajahnya. Menunduk.
***