Mang Kadir dan mang Deden tertawa lebar, "begitu apa Yon ? ah, kau ngeres aja otakmu Yon...hahaaa..."
***
Tepat jam 12 malam. Yono mengendap-endap keluar barak penampungan para pekerja bangunan. Sesekali matanya memicing, berusaha meredam kegelisahan. Yono tak kuasa menahan rasa penasarannya dengan semua cerita di kedai siang tadi. Hasrat kelaki-lakiannya tengah diuji. Semenjak ditolak mentah-mentah oleh Sri Wahyuni, tetangga dusunnya, Yono memang menjadi lebih pendiam dan kerap merasa sakit hati pada setiap perempuan. Yono merasa jiwa keperkasaannya disepelekan.
"sori ya mas Yono...mas Yono bukan tipe aku..." kata Sri Wahyuni kala itu
"maksudnya dek Sri ?" tanya Yono tak paham
"mas Yono klemak klemek, loyo gitu lo mas...aku suka cowok yang tegap, besar, jagoan...jadi bisa jagain aku mas..." alasan Sri menolak Yono mentah-mentah
Yono beringsatan, darahnya mendidih. Tak terima rasanya dikatakan klemak klemek, loyo...tapi untung saja logikanya masih berjalan. Yono lebih memilih diam dan meninggalkan Sri Wahyuni ketimbang menumbuk wajahnya yang memang manis.
Dan malam ini, entah kenapa Yono begitu berhasrat menemui perempuan yang ada dalam cerita mang Deden dan mang Kadir tadi siang. Seolah ingin membuktikan bahwa ia juga laki-laki normal yang punya ketertarikan pada perempuan, terlebih perempuan cantik.
Yono tak dapat membohongi dirinya sendiri. Nafasnya naik turun, jantungnya berdegup kencang dan beberapa bagian tubuhnya merespon ketika mang Deden dan mang Kadir bercerita tentang perempuan itu.
Malam ini Yono bergegas menuju dusun sebelah, tepatnya di pojok gang sempit. Menunggu perempuan dalam cerita tadi siang muncul. Ia tak peduli gelapnya malam seperti membutakan nalarnya dan dinginnya angin membekukan akalnya. Yono tetap menunggu dengan khayalan yang menggebu-gebu. Membayangkan sosok binal ada di hadapannya dan siap untuk direngkuh sepanjang malam.
"mas Yono..." terdengar suara lembut menyebut namanya. Yono membalikkan badan.