Mohon tunggu...
fidyan
fidyan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

lulus ma'had

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Melanggar Hukum Positif dan Melanggar Hukum Islam

8 Desember 2015   13:56 Diperbarui: 8 Desember 2015   14:48 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Metode pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data,penulis menggunakan dua model pencarian data, penulis menggunakan dua model pencarian data yang sering digunakan dalam penelitian kulitatif yakni metode wawancara dan observasi.wawancara dilakukan kepada beberapa masyarakat yang melakukan melakukan praktek serta pandangan masyarakat umum terhadap praktek tersebut. Dua kelompok narasumber ini dipilih karena untuk mengukur sejauh mana para pelaku dan masyarakat umum memandang dari persepsi personal mereka terhadap praktik pemasangan alat peraga serta perijinan yang benar. Sedangkan observasi digunakan untuk melihat fakta hukum dan fakta sosial.[4]

Teori pancasila untuk mengetahui perkembangan kepribadian

Sekolah sebagai lembaga satu-satunya yang melaksanakan tugasnya secara teratur dan berencana, adalah pada tempatnya yang diperhitungkan secara mendasar. Dengan kata lain sekolah memberi bantuan terbentuknya keperibadian itu secara formal, pembagian dilakukan sebagai berikut:

  1. Sampai dengan umur 6 th, individu berada dimasa kanak-kanak, dibentuk ditaman kanak-kanak.
  2. Sampai dengan umur 12 th, individu berada dimasa Anak, dibentuk di SD.
  3. Sampai dengan umur 18 th, individu berada dimasa pubertas, dibentuk di Sekolah Lanjutan.
  4. Sampai dengan umur 24 th, individu berada dimasa Dewasa, di bentuk di perguruan tinggi.

 

Dengan demikian, maka akan dapat dibedakan pula bagaimna cara pembentukannya materi apa yang patut dipergunakan sebagai bahan pembentukan dan tujuan mana yang harus dicapainya. Pembahasan semacam ini, kecuali memudahkan untuk diikuti juga diharapkan para penenangnya lebih mengetahui apa mengapa dan bagaimana melaksanakan tugasnya yang sebenarnya bukan sekedar memberikan bahan-bahan hafalan dari buku pegangan yang kebanyakan dianggap kitab suci, yang hanya menghasilkan pribadi-pribadi verbalis. Justru juga semacam itu adalah yang paling gampang dilakukan.[5]

Pendidikan moral pancasila, demikian nama mata pelajaran disekolah dari SD s/d perguruan tinggi yang hampir sama saja, isi dan cara-caranya, bagaimnapun harus segera kita ganti dengan cara-cara yang lebih benar dan baik, bila kita mengkhendaki agar pribadi pancasila itu benar-benar dihayati oleh pribadi individu bangsa indonesia, sehingga dapat diamalakan dalam tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk diperlukan adanya pertinjauan secara psikophisis pada tiap masa sekolah, untuk dapat dirumuskan apa bahan yang patut disungguhkan dan bagaimana caranya yang tepat yang harus dilakukan oleh guru, dengan cara semacam itu dan dimutlakannya kerjasama antar keluarga, sekolah dan masyarakat, kiranya tuuan akhir daripada PMP itu akan benar-benar sebagimana yang diharapkan oleh bangsa kita.

Tidak banyak gunanya, bahkan cenderung membahayakan kepribadiaan pancasila yang hanya dianggap dibibir untuk berverbal-verbal seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang yang sebenarnya tidak patut berbuat sedemikian memilik kedudukannya didalam masyarakat.

 

  1. Pada masa kanak-kanak, anak didik di taman kanak-kanak. Secara psikophisis, mereka berada di dalam masa realisme naif. Untuk dapat mengerti apa yang diajarkan guru, segala sesuatunya masih harus diberikan secara nyata berperaga. Pengetahuan tentang pancasila cukuplah bila mereka dapat menjawabkan apakah pancasila itu. Materinya adalah sila-sila dalam pancasila yang harus diucapkan secara benar, baik urutanya maupun susunan kalimatnya. Untuk diperlukan cara-cara tertentu.misalkan dalam bentuk lagu, untuk dinyanyikan,
  2. Sataupun dibawakan sebagai suatu syair yang harus dideklamasikan, dsb. Sehingga tidak akan pernah keliru lagi mereka mengucapkan pancasila seperti yang masih banyak terjadi seseorang yang duduk di SD bahkan di Perguruan Tinggi.

              Karena anak anak masih berada didalam nyata, maka guru-guru taman kanak-kanak perlu dipilih dari mereka yang benar-benar mampu memberi contoh berbuat secara pancasilais, sejauh yang diperlukan oleh anak-anaknya. Perlu dijauhkan dari perbuatan anak yang sekecil itu mengetahui bahwa perbuatan gurunya tidak baik/benar. Sianak yang sedang pandai-pandainya meniru, apapun yang dilakukan oleh guru-gurunya akan ditirukannya, sekalipun.

  1. Sampai dengan umur 12 th, anak-anak duduk di SD. Kehidupan anak sudah masyarakat. Pengetahuan pancasila sudah harus lebih dikembangkan sampai anak dapat menjawab mengapa kita harus berpancasila. Untuk ini dapat digunakan alat pembantunya, yaitu pelajaran ilmu bumi, sejarah, Tata Negara dan Ilmu Sosial lainnya. Justru alam kehidupan anak-anak yang semula bersifat realisme naif itu sudah mulai berkurang karena mulai tumbuhnya daya fantasi anak. Anak sudah dapat menerima bahan-bahan pemikiran yang abstrak sekalipun kadang-kadang memerlukan bantuan dengan benda-benda nyata, untuk sementara.[6]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun