Mohon tunggu...
Fidlia Mae sarah
Fidlia Mae sarah Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Literasi

Literasi, budaya dan Sejarah, hak perempuan dan anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puan dengan Ketulusan Hatinya

17 Agustus 2024   18:43 Diperbarui: 17 Agustus 2024   18:47 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagian II (di rumah Puan)

Di dalam kamar Puan bingung dengan apa yang terjadi.

Puan: apa yang mereka katakan, ya? Apa aku membuat mereka terluka? Hm sepertinya tidak juga?

Seketika Ibu si Puan masuk ke dalam kamar dan membuat si ia kaget.

Ibu: Puan, apa yang kamu fikirkan? Kenapa belum tidur?

Puan: Ah? Tidak ada ibu, Aku hanya memikirkan pesta tadi, begitu menyenangkan

Dalam hati Puan ia ingin memberi tahu ibunya tetapi ia takut akan membuat kekacauan seperti yang pernah ia lakukan dulu dengan memberi tahu ayahnya membuat orangtua nya bertengkar dan memilih berpisah.

Ibu: baiklah, ini sudah larut malam. Tidurlah!

Puan: Baik ibu.

Bagian III

Seminggu kemudian di sekolah, si Puan yang selalu menjadi pusat perhatian guru dan teman-teman lainyaa karna kepintaran dan kebaikan hatinya mulai memperlihatkan perubahan. Ia menjadi sering terdiam dan tak seperti biasanya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun