Mohon tunggu...
Fidlia Mae sarah
Fidlia Mae sarah Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Literasi

Literasi, budaya dan Sejarah, hak perempuan dan anak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puan dengan Ketulusan Hatinya

17 Agustus 2024   18:43 Diperbarui: 17 Agustus 2024   18:47 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teman: kami habis bermain-main di pantai dan tentunya ada wahana baru

Puan: wah, pasti seru sekali. Mengapa kali ini kalian tidak mengajakku. Bukankah kita selalu bermain bersama?

Teman: wah, sejak kapan kami berteman dengan mu. Kami tidak mungkin berteman dengan anak kulit hitam dan rambut keriting sepertimu Puan!!!!

Puan yang binging lalu bertanya.

Puan: apakah aku membuat kesalahan sehingga kalian mengejekku?

Teman-teman: sudah, kita tinggalkan saja dia, lagipula kami kesini tidak akan megajakkmu tapi hanya memamerkan saja padamu.wuuuuuuuu (mereka berlalu sambil melemparkan batu pada Si Puan)

Puan yang menyadari dirinya terluka, lalu menangis karna kesakitan bersyukurnya bu guru yang sedang mlewati taman tersebut melihat apa yang A alami lalu membawa nya pulang.

Bu guru: Puan, apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu terluka seperti ini?

Puan yang ketakutan bahkan tidak mengatakan apapun, ia hanya menangis dan igin di antarkan pulang.

Puan: tak ada bu guru, aku hanya tersandung. Bisakah bu guru mengantarku pulang?

Bu guru: ya tentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun