Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lincak

7 April 2016   14:25 Diperbarui: 7 April 2016   21:50 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Cressssssssssssssssss” darah segar muncrat dari tubuh Bapaknya. Lelaki tua itu  terhuyung sambil memegangi perutnya yang bersimbah darah. Ia tak menyangka sama sekali istrinya akan menusuknya dengan pisau yang Ia sembunyikan dibawah kasur. Bapak mengerang kesakitan.

“Dasar lelaki bajingan, tiap malam aku kau cekoki dengan pil tidur supaya kau bebas menjual putrimu dengan pria hidung belang. Dan kau pakai uangnya untuk bersenang-senang dengan gundikmu. Lelaki macam apa kau ini!!!!!

 Bapak tersungkur jatuh diatas lincak. Bukannya kasihan. Ibu malah semakin agresif. Ia seperti orang kalap menghujaninya dengan tusukan disekujur tubuh suaminya.

“Cress…..cressss…..” Lelaki itu diam tak bergerak, matanya melotot. Istrinya tersenyum puas lalu ia melangkah pelan kerumah Pak RT. Bajunya penuh noda darah.

Orang-orang berlarian menuju rumah Tatik.Dalam sekejap rumahnya sudah penuh dengan polisi dan kerumunan orang yang ingin melihat kejadian dirumahnya.

Tak ada tangis diwajah Tatik melihat tubuh Bapaknya yang terbujur kaku. Ia hanya diam membisu. Kemudian  dia mencari –cari Ibunya yang ternyata sudah dibawa kekantor polisi.

Tatik panik dan ditenangkan oleh Ibu Nurul,gurunya yang akhirnya mengajaknya ke kantor polisi.

“ibu” panggil Tatik. Perempuan itu memeluk Tatik erat.

“Ibu membunuh bapakmu Nduk, kamu jangan takut sekarang kamu  aman” kata perempuan itu terbata-bata. Suasana semakin haru saat ibu dan anak itu saling bertangisan.

 

Note:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun