Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lincak

7 April 2016   14:25 Diperbarui: 7 April 2016   21:50 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Lho….apa kamu tak berangkat kesekolah?” Tatik diam dan segera beranjak meninggalkan Ibu dengan sejuta pertanyaan.

Perasaan Ibu makin tak enak…….

***

Bapak datang menjelang magrib. Bajunya kotor dan tubuhnya bau keringat. Meminta Tatik menyeduh kopi buatnya. Ia tak membantah dan segera membuatkan kopi untuk Bapak. Ingat kejadian semalam, tangan Tatik gemetar. Ia membenci Bapak. Tatik bukan gadis bodoh, ia tak mau bapak menjualnya ke lelaki hidung belang. Tatik ingin sekolah dan bekerja giat dengan cara halal. Dikumpulkannya semua keberaniannya. Hari ini Ia akan berbicara pada Bapak. Perutnya menjadi kaku.

“Kamu tak usah melihat Bapak seperti itu” kata Bapak marah sewaktu Tatik melihatnya tajam.

“Apa salah Tatik Pak, kenapa Bapak tega menjual Tatik” Ia mulai menangis

“Kamu anak bapak,dan kewajibanmu adalah nurut apa kata bapak sebagai orangtuamu. Apa kamu mau Bapak bilang anak durhaka Ha!”

“Tatik mau bekerja apa saja pak, tapi asal jangan melayani lelaki hidung belang”

“Hahhahahaha, ngaca dong Tik,tubuhmu itu kerdil,mestinya kamu bersyukur masih ada orang yang mau membayar tubuhmu. Lagian siapa  juga yang mau memperkerjakanmu. Palingan kamu cuma jadi tukang cuci doang. Yang uangnya hanya cukup bayar kontrakan reot”

“Tapi pak” kata Tatik memelas. Ia tak habis mengerti kenapa Bapak yang dulu menyayainya menjadi kejam sekarang.

“Sudah kamu nurut saja apa kata Bapak,ini semua demi kamu dan ibumu” Ia lalu masuk kekamar dan tidur tanpa membersihkan badan terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun