[caption caption="female.kompas.com"][/caption]Meskipun tubuhnya *tengkes, anak perempuan itu gesit merawat ibunya yang sedang sakit. Sesekali Ia menggajak ibunya berbincang tentang apa yang yang telah dilaluinya disekolah tadi.
Tatik, umurnya 14 tahun, wajahnya manis dan anaknya periang. Kata Ibu, Ia mengidap penyakit *Dwarfism. Tubuhnya takkan bisa tumbuh normal seperti anak-anak lainnya. Meskipun dia sering di bully oleh orang-orang dan menganggap aneh keberadaannya. Tatik tak peduli. Prinsipnya selama ia tak merepotkan orang, kenapa mesti sedih.
Bapak Tatik seorang kenek angkot. Dulu sepulang kerja Bapak suka membelikan Tatik martabak manis. Dan memakannya bersama-sama sambil leyeh-leyeh *lincak ditemani segelas teh tawar bikinan Ibu. Tatik merasa hidupnya sangat bahagia.
Semenjak maraknya transportasi online, pendapatan Bapak menurun drastis. Jangankan oleh-oleh martabak manis buatnya, untuk biaya hidup sehari-haripun susah,mereka sering berhutang diwarung apalagi buat biaya pengobatan Ibu nyaris tak ada sedangkan Kontrakankan sudah 6 bulan terlambat dibayar.
Diam-diam Tatik sering menguping pertengkaran Bapak dan Ibu dikamar yang hanya disekat oleh dinding triplek. Airmatanya meleleh karena Bapak sering menyalahkan sakitnya Ibu. Padahal sewaktu Ibu sehat,beliau juga bekerja sebagai tukang cuci dan setrika.
***
Didekat perempatan jalan, dibawah pohon beringin. Ada penjual es doger yang mangkal disitu. Kalau siang banyak orang yang antri membeli disana. Kata teman-teman sekolahnya sih enak, Tapi Tatik belum pernah mencobanya. Sebab tak ada uang untuk membelinya. Padahal Tatik ingin sekali mencicipi. Apalagi saat cuaca panas begini. Kerongkongan Tatik kering kehausan.
Tiap dapat upahpun, uangnya selalu dia berikan ke emak. Sudah 3 bulan ini Tatik bekerja menjadi tukang cuci dan setrika, melanjutkan pekerjaan emak. Tiap hari dia bangun sebelum subuh, mencuci baju di kali dan menjemur pakaian itu di depan rumahnya. Setelah semuanya selesai barulah Ia berangkat sekolah. Pulangnya dia meyetrika baju-baju itu dan segera mengirimkan ke rumah-rumah pelanggannya.
Mungkin karena kelelahan, badan Tatik demam. Ia menggigil kedinginan diatas lincak. Tak sadar iapun tertidur.Dia mimpi aneh, seseorang mencekengram tubuhnya dan menarik bawahannya kasar. Ia meronta dan melawan, namun tubuhnya tak sebanding dengan bobot lelaki itu. Tatikpun ketakutan dan terbangun.
Tenyata itu bukan mimpi. Matanya menangkap wajah Pak Dullah, teman Bapaknya yang berada tepat diatasnya. Yang tengah menuntaskan hajat binatangnya dengan beringas.Mulutnya bau arak oplosan, membuat perut Tatik mual.Ia mencoba berteriak memanggil ibunya, namun tangan kekar itu membekap mulutnya. Membuatnya susah bernafas. Akhirnya Ia pasrah bersama deritan lincak.
“Sudah jangan berontak, Aku sudah membayar Bapakmu tadi”
Mata Tatik terbelalak tak percaya, Bapak menjualnya ke Pak Dullah. Ia menangis tersedu-sedu. Melihat Tatik menangis, emosi Pak Dullah naik. Ia menampar pipi Tatik keras menyuruhnya diam.
Tubuh kecil Tatik kesakitan luar biasa.
***
“ Tatik, apa kau disitu nak” ibu bangun dengan khawatir karena tak mendengar suara Tatik. Semalaman dia nyeyak tidur setelah diberi obat oleh suaminya.
“Tatik disini bu” suaranya parau. Perasaanya ibunya menjadi tak enak. Pelan-pelan dia bangun dari tempat tidur, meskipun badannya amatlah lemah. Semalam lamat-lamat dia mendengar suara berisik diruang tamu dan tangis seorang perempuan.
“Kamu kenapa nak” perempuan itu terkejut dengan wajah lebam Tatik.
“Tak-apa-apa Bu, tadi malam Tatik terjatuh sewaktu mengantarkan cucian” Ia tak mau berkata jujur pada ibunya. Tatik takut membuat Ibunya sedih.
Insting seorang Ibu tak dapat dibohongi. Ia menangkap ada sesuatu yang disembunyikan Tatik.
“Bapakmu apa tak pulang semalam?” Tanya Ibunya bingung. Tak seperti biasanya suaminya begitu. Tatik menggelengkan kepalanya. Mendengar Bapaknya disebut, wajah Tatik pucat.
“Aku belikan nasi dulu ya bu” Tatik mengambil dompetnya.
“Lho….apa kamu tak berangkat kesekolah?” Tatik diam dan segera beranjak meninggalkan Ibu dengan sejuta pertanyaan.
Perasaan Ibu makin tak enak…….
***
Bapak datang menjelang magrib. Bajunya kotor dan tubuhnya bau keringat. Meminta Tatik menyeduh kopi buatnya. Ia tak membantah dan segera membuatkan kopi untuk Bapak. Ingat kejadian semalam, tangan Tatik gemetar. Ia membenci Bapak. Tatik bukan gadis bodoh, ia tak mau bapak menjualnya ke lelaki hidung belang. Tatik ingin sekolah dan bekerja giat dengan cara halal. Dikumpulkannya semua keberaniannya. Hari ini Ia akan berbicara pada Bapak. Perutnya menjadi kaku.
“Kamu tak usah melihat Bapak seperti itu” kata Bapak marah sewaktu Tatik melihatnya tajam.
“Apa salah Tatik Pak, kenapa Bapak tega menjual Tatik” Ia mulai menangis
“Kamu anak bapak,dan kewajibanmu adalah nurut apa kata bapak sebagai orangtuamu. Apa kamu mau Bapak bilang anak durhaka Ha!”
“Tatik mau bekerja apa saja pak, tapi asal jangan melayani lelaki hidung belang”
“Hahhahahaha, ngaca dong Tik,tubuhmu itu kerdil,mestinya kamu bersyukur masih ada orang yang mau membayar tubuhmu. Lagian siapa juga yang mau memperkerjakanmu. Palingan kamu cuma jadi tukang cuci doang. Yang uangnya hanya cukup bayar kontrakan reot”
“Tapi pak” kata Tatik memelas. Ia tak habis mengerti kenapa Bapak yang dulu menyayainya menjadi kejam sekarang.
“Sudah kamu nurut saja apa kata Bapak,ini semua demi kamu dan ibumu” Ia lalu masuk kekamar dan tidur tanpa membersihkan badan terlebih dahulu.
Perut Tatik jadi kaku.
***
Rembulan tersenyum menyapa,bergandengan dengan malam yang menyuguhkan irama suara binatang malam. Membuai syahdu penyair jalanan.
Tak begitu dengan Tatik, Ia memberingsut ketakutan dibawah lincak. Mengharap Bapaknya tak pulang membawa seseorang untuknya.
Keringat dingin membasahi tubuh Tatik Ingin rasanya dia minggat dan meminta perlindungan pada Ibu Nurul, gurunya dan menceritakan semua apa yang dialaminya.
Namun ia tak sanggup meninggalkan ibunya sendirian dirumah. Ia takut ibu yang sangat dicintainya itu dibunuh oleh bapaknya.
Pikiran Tatik kalut. Ia kemudian menengok ibunya dikamar. Dan menghela nafas berat melihat tubuh ibunya semakin kurus. Diusapnya pipi ibunya yang tertidur dengan lembut. Wajah ibunya cantik,meskipun kini wajahnya mulai banyak kerutan.Namun tak bisa menyembunyikan kecantikannya.
***
Adzan subuh berkumandan. Tatik bangun dengan malas. Ia pergi ke kali dekat rumahnya. Membasuh mukanya yang lelah.
Dia duduk termenung disebongkah batu, menatap nanar diatas jembatan layang. Dia berpikir keras.
“Cressssssssssssssssss” darah segar muncrat dari tubuh Bapaknya. Lelaki tua itu terhuyung sambil memegangi perutnya yang bersimbah darah. Ia tak menyangka sama sekali istrinya akan menusuknya dengan pisau yang Ia sembunyikan dibawah kasur. Bapak mengerang kesakitan.
“Dasar lelaki bajingan, tiap malam aku kau cekoki dengan pil tidur supaya kau bebas menjual putrimu dengan pria hidung belang. Dan kau pakai uangnya untuk bersenang-senang dengan gundikmu. Lelaki macam apa kau ini!!!!!
Bapak tersungkur jatuh diatas lincak. Bukannya kasihan. Ibu malah semakin agresif. Ia seperti orang kalap menghujaninya dengan tusukan disekujur tubuh suaminya.
“Cress…..cressss…..” Lelaki itu diam tak bergerak, matanya melotot. Istrinya tersenyum puas lalu ia melangkah pelan kerumah Pak RT. Bajunya penuh noda darah.
Orang-orang berlarian menuju rumah Tatik.Dalam sekejap rumahnya sudah penuh dengan polisi dan kerumunan orang yang ingin melihat kejadian dirumahnya.
Tak ada tangis diwajah Tatik melihat tubuh Bapaknya yang terbujur kaku. Ia hanya diam membisu. Kemudian dia mencari –cari Ibunya yang ternyata sudah dibawa kekantor polisi.
Tatik panik dan ditenangkan oleh Ibu Nurul,gurunya yang akhirnya mengajaknya ke kantor polisi.
“ibu” panggil Tatik. Perempuan itu memeluk Tatik erat.
“Ibu membunuh bapakmu Nduk, kamu jangan takut sekarang kamu aman” kata perempuan itu terbata-bata. Suasana semakin haru saat ibu dan anak itu saling bertangisan.
Note:
*tengkes :cebol
*Dwarfism adalah adalah kondisi seseorang yang kekurangan pertumbuhan, dengan rendah dan kecil yang dibawah normal. Dwarfisme disebabkan oleh kekurangan jumlah hormon pertumbuhan.
Lincak “Bangku panjang dari bambu
Jember,07042016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H