Mohon tunggu...
Fidia Wati
Fidia Wati Mohon Tunggu... wiraswasta -

Cerita khas emak emak http://omahfidia.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lincak

7 April 2016   14:25 Diperbarui: 7 April 2016   21:50 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="female.kompas.com"][/caption]Meskipun tubuhnya *tengkes, anak perempuan itu gesit merawat ibunya yang sedang sakit. Sesekali Ia menggajak ibunya berbincang tentang apa yang yang telah dilaluinya disekolah tadi.

Tatik, umurnya 14 tahun, wajahnya manis dan anaknya periang. Kata Ibu, Ia mengidap penyakit *Dwarfism. Tubuhnya takkan bisa tumbuh normal seperti anak-anak lainnya. Meskipun dia sering di bully oleh orang-orang dan menganggap aneh keberadaannya. Tatik tak peduli. Prinsipnya selama ia tak merepotkan orang, kenapa mesti sedih.

Bapak Tatik seorang kenek angkot. Dulu sepulang kerja Bapak suka membelikan Tatik martabak manis. Dan memakannya bersama-sama sambil leyeh-leyeh *lincak ditemani segelas teh tawar bikinan Ibu. Tatik merasa hidupnya sangat bahagia.

Semenjak maraknya transportasi online, pendapatan Bapak menurun drastis. Jangankan oleh-oleh martabak manis buatnya, untuk biaya hidup sehari-haripun susah,mereka sering berhutang diwarung apalagi buat biaya pengobatan Ibu  nyaris tak ada sedangkan Kontrakankan sudah 6 bulan terlambat dibayar.

Diam-diam Tatik sering menguping pertengkaran Bapak dan Ibu dikamar yang hanya disekat oleh dinding triplek. Airmatanya meleleh karena Bapak sering menyalahkan sakitnya Ibu. Padahal sewaktu Ibu sehat,beliau juga bekerja sebagai tukang cuci dan setrika.

***

Didekat perempatan jalan, dibawah pohon beringin. Ada penjual es doger yang mangkal disitu. Kalau siang banyak orang yang antri membeli disana. Kata teman-teman sekolahnya sih enak, Tapi Tatik belum pernah mencobanya. Sebab tak ada uang untuk membelinya. Padahal Tatik ingin sekali mencicipi. Apalagi saat cuaca panas begini. Kerongkongan Tatik kering kehausan.

Tiap dapat upahpun, uangnya selalu dia berikan ke emak. Sudah 3 bulan ini Tatik bekerja menjadi tukang cuci dan setrika, melanjutkan pekerjaan emak. Tiap hari dia bangun sebelum subuh, mencuci baju di kali dan menjemur pakaian itu di depan rumahnya. Setelah semuanya selesai barulah Ia berangkat sekolah. Pulangnya  dia meyetrika baju-baju itu dan segera mengirimkan ke rumah-rumah pelanggannya.

Mungkin karena kelelahan, badan Tatik demam. Ia menggigil kedinginan diatas lincak. Tak sadar iapun tertidur.Dia mimpi aneh, seseorang mencekengram tubuhnya dan menarik bawahannya kasar. Ia meronta dan melawan, namun tubuhnya tak sebanding dengan bobot lelaki itu. Tatikpun ketakutan dan terbangun.

Tenyata itu bukan mimpi. Matanya menangkap wajah Pak Dullah, teman Bapaknya yang berada tepat diatasnya. Yang tengah menuntaskan hajat binatangnya dengan beringas.Mulutnya bau arak oplosan, membuat perut Tatik mual.Ia mencoba berteriak memanggil ibunya, namun tangan kekar itu membekap mulutnya. Membuatnya susah bernafas. Akhirnya Ia pasrah bersama deritan lincak.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun