Mohon tunggu...
Fida Elok Rahmawati
Fida Elok Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - @fidaelokk

that's mine!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Pengalaman Suka maupun Duka bagi Seorang Gap Year

7 Maret 2022   04:04 Diperbarui: 11 November 2022   07:26 3400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melakukan hal positif selama gap year (thinkstock/zhudifeng)

Haloo semuanya, di sini saya akan membagikan pengalaman saya sebagai pejuang gap year selama 1 tahun. 

Apa sajakah suka duka yang saya alami ketika menghadapi kenyataan bahwa saya gap year setelah lulus SMA? 

Baiklah izinkan pertama kalinya saya untuk mengenalkan diri. Siapakah diri saya sebenarnya? 

Nama saya fida elok. Kalian bisa memanggil saya dengan nama Fida. Saya merupakan alumni tahun 2020 dari SMA swasta yang berada di Pekanbaru. 

Untuk saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu PTN di Pekanbaru, yaitu Universitas Riau. 

Saya sudah menginjak semester 2, dan sudah banyak rintangan yang saya hadapi sebelumnya.

Untuk pembahasan saat ini tentang apa yang membuat saya untuk memantapkan diri bahwa saya harus gap year? 

Dua tahun sebelumnya, tepatnya menduduki kelas 12 memasuki awal semester 2. Saya telah bersikukuh pada orangtua saya untuk bisa mengikuti salah satu bimbel ternama di Pekanbaru. Dan orangtua sangat menyetujui bahwa saya harus bimbel. 

Orangtua saya sangat setuju karena dengan mengikuti bimbel tersebut, saya dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi masuknya perguruan tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Jadi, pelajaran tersebut tidak hanya didapatkan dari sekolah saja tetapi dari bimbel yang sedang saya ikuti saat itu. 

Selain dari alasan orangtua, saya juga memiliki alasan tersendiri untuk mengikuti bimbel tersebut yaitu bahwa saya menolak dan tidak ingin melanjutkan kuliah di Pekanbaru, tetapi saya juga menegaskan bahwa saya hanya ingin kuliah di wilayah Jawa Timur saja.

Hari demi hari telah berganti, hingga tiba waktunya untuk pengumuman siapa sajakah siswa kelas 12 yang lolos untuk pendaftaran SNMPTN?

Alhamdulillah, berkat doa dari orangtua dan saudara, akhirnya nama saya tercantum dalam pendaftaran masuk perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN. 

Saya sangat berambisi untuk lolos di SNM saat itu, sehingga saya berani untuk mengambil pilihan pertama di ITS jurusan teknik lingkungan dan pilihan kedua di UNESA jurusan pendidikan sains. 

Padahal daya saing dua PTN tersebut sangatlah ketat dan seharusnya nilai yang diperoleh semasa SMA harus sangatlah tinggi. 

Sebelumnya saya sudah sharing kepada orangtua dan tentor (guru bimbel) bahwa nilai saya hanya sekian, tetapi orangtua saya sangat mendukung apa yang saya sangat inginkan. 

Lain halnya dengan tentor, kurang mendukung dengan PTN yang saya ambil, dikarenakan nilai saya rendah sehingga kemungkinan kecil untuk lolos di PTN tersebut. 

Dengan keegosian dan sifat keras kepala saya, saya tetap mengambilnya. Serta tetap optimis bahwa saya akan lolos di salah satu PTN yang saya ambil. Hingga hari pengumuman telah tiba, saya tetap memiliki pikiran positif bahwa saya akan lolos, dan ternyata Tuhan berkehendak lain.

Saya gagal di jalur SNMPTN, di saat itu saya langsung shock dan menangis dalam diam. Hingga saya berani menceritakan pada orangtua bahwa saya tidak lolos jalur kali ini, tetapi orangtua saya masih mendukung untuk mengikuti jalur yang lainnya.

Pelajaran yang saya ambil saat itu adalah jangan terlalu egois dalam menentukan pilihan, dan jangan terlalu sombong serta bangga atas hasil yang diperoleh selama ini. Padahal manusia bisa merencanakan dengan sebaik-baiknya, tetapi Tuhan yang lebih tahu mana pilihan yang terbaik bagi saya dan mana pilihan yang tidak baik bagi saya untuk masa ke depannya.

Setelah pengumuman SNM, saya masih belum menerima bahwa saya belum bisa lolos ke jalur SNM. 

Di saat itu saya merasa marah, kecewa hingga terpuruk, serta merasa bahwa hidup saya sangatlah hancur. 

Saya sudah mengikuti bimbel dengan baik, tetapi mengapa saya tidak lolos? 

Sebagian besar juga teman saya lolos jalur tersebut. Tetapi dalam hati saya masih ada rasa kekecewaan dan timbul rasa iri kepada teman yang lolos.

Berselang seminggu kemudian, setelah pengumuman SNM dibukalah jalur perguruan tinggi yaitu jalur SNMPTN. 

Saya memberanikan diri untuk mencoba, tetapi dalam hati saya juga tidak memungkinkan bahwa saya akan lolos kali ini. 

Dengan keberanian saya, saya mencoba mengambil politeknik yang berada di Malang, yaitu POLINEMA.

Lagi dan lagi, Tuhan tidak mengabulkan permintaan saya. Saya ditolak yang kedua kalinya. Padahal tidak lolos jalur SNM dan SNMPTN adalah bukanlah akhir dari segalanya, tetapi awal dari perjuangan untuk masuk perguruan tinggi selanjutnya. Hingga orangtua saya tetap mendukung saya dan memberikan motivasi serta semangat dalam keadaan saya yang terpuruk saat itu.

Orangtua pernah berkata bahwa saya tidak apa-apa tidak lolos SNM maupun SNMPTN karena masih ada jalur lainnya. Dan saya masih bisa mengikuti jalur tersebut.

Dengan dukungan dari orangtua, saya tetap melaksanakan bimbel sesuai dengan jadwal yang telah diberikan, saya sangat semangat datang ke tempat tersebut. Dan saya berharap untuk jalur selanjutnya saya bisa lolos. Dengan selalu mengerjakan tryout yang ditentukan, mencatat hal-hal yang disampaikan oleh tentor. 

Tetapi ada dua alasan kesalahan saat itu, pertama setiap tryout nilai saya selalu rendah dan kedua saya tidak mengulang kembali materi yang telah diajarkan. 

Dengan alasan saya capek, karena setelah pulang sekolah langsung pergi ke tempat bimbel. Setelah bimbel selesai, barulah pulang ke rumah. 

Padahal saya memiliki banyak waktu untuk mengulang kembali materi yang telah disampaikan oleh tentor, tetapi saya hanya mengabaikannya saja. Dan belajar di rumah ketika saat mood saya sedang baik dan tidak berantakan. 

Itulah yang membuat saya semakin malas dalam belajar. Dengan santai-santai d irumah tanpa belajar dan mengerjakan latihan-latihan soal, padahal tinggal beberapa hari lagi saya sudah pendaftaran UTBK. 

Tetapi saya hanya menghiraukannya saja dan tidak peduli hal itu, lagi-lagi saya sudah memiliki pikiran yang negatif bahwa saya tidak akan lolos lagi. 

Hari di mana saat pendaftaran tiba, kali ini saya juga sangat berani untuk mengambil dua PTN dengan passing grade yang sangat tinggi, dengan daya saing yang sangat tinggi, padahal nilai tryout saya belum mencapai hasil yang maksimal. 

Pilihan pertama saya mengambil di UNAIR jurusan Kesehatan Masyarakat dan pilihan kedua mengambil di UPNVJ jurusan Teknik Lingkungan.

Setelah mendaftar UTBK, barulah beberapa hari kemudian saya melaksanakan tes UTBK tersebut. 

Pada saat UTBK 2020, sangatlah lebih ringan daripada UTBK sebelumnya, dikarenakan adanya pandemi Covid-19 hingga diberlakukannya tes UTBK hanya TPS saja tidak ada tes TKA. 

Tes sudah mulai berjalan, tetapi saya tidak bisa mengerjakannya, dan akhirnya saya mengerjakannya secara asal-asalan karena saya tidak pernah mengulang kembali materi tersebut dan tidak pernah belajar hari menjelang UTBK di rumah. Padahal hanya TPS saja sudah mengurangi beban saya untuk mengikuti UTBK.

Berulang kembali, saya ditolak yang ketiga kalinya dalam mengambil jalur tersebut. Saya berpikir bahwa Tuhan tidak adil terhadap saya, mengapa saya diberi cobaan seperti ini. 

Tetapi saya tidak memiliki pemikiran untuk tidak berkuliah. Dan saat itu, saya memutuskan untuk menjernihkan pikiran saya dan menghindari untuk bertemu siapa saja. 

Dengan saya balik ke tempat asal saya, saya menetap selama 2 bulan saja di rumah kakak kandung mama. 

Dan saya mencoba untuk sharing pada sepupu untuk mengambil jalur mandiri manakah yang harus saya ambil. 

Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil mandiri di UNESA, dan UINSA. Beberapa bulan sebelum tes mandiri, saya hanya belajar sendiri di rumah. Jika adanya materi yang kurang dipahami, saya dapat bertanya pada sepupu.

Hari ujian mandiri telah tiba, saya mengerjakan tes tersebut dengan sesantai mungkin dan tidak terlalu panik. Padahal saya juga tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Hanya beberapa soal saja yang saya pahami. 

Akhirnya pada saat pengumuman ujian mandiri, saya merasa kecewa lagi. Karena saya tidak bisa lolos jalur manapun. Dari jalur SNMPTN hingga jalur Mandiri pada tahun 2020. 

Orangtua saya tidak lelah dalam memberi dukungan, saran, dan motivasi untuk saya agar saya dapat bangkit kembali untuk bisa meraih kuliah.

Setelah saya dikecewakan pada tahun 2020, saya memutuskan untuk gap year pada tahun 2021. 

Saya bersikukuh lagi kepada orangtua bahwa saya akan mengikuti bimbel tersebut. Dan saya berjanji pada orangtua bahwa saya akan lolos apakah jalur UTBK atau jalur mandiri. Hanya Tuhan saja yang tahu. 

Akhirnya saya didaftarkan bimbel kembali di tempat yang sama dengan teman- teman seperjuangan yang berbeda. 

Saya mengikuti bimbel hanya 9 bulan saja hanya untuk mempersiapkan masuk perguruan tinggi yang selanjutnya.

Pada saat itu, saya berjanji dan mengikuti bimbel secara bersungguh-sungguh. Agar saya bisa lolos ke perguruan tinggi meskipun tahun 2020 sudah ditolak berbagai PTN.

Di tahun 2021 ini saya sudah menerima bahwa saya mencoba daftar PTN di Pekanbaru saja. Di sini saya masih melakukan kesalahan yang sama dengan tahun yang sebelumnya, bahwa di rumah saya tidak mengulang lagi pelajaran yang telah disampaikan oleh tentor. Tetapi saya aktif mengerjakan latihan soal yang telah difasilitasi oleh bimbel tersebut. 

Saya sadar bahwa itu salah karna tidak mengulang kembali pelajaran tersebut, hingga akhirnya saya ingin meminta jam tambahan di luar jam pelajaran tersebut. Sehingga setiap hari saya pulang larut malam bersama teman-teman yang juga meminta tambahan jam pelajaran.

Ketika tidak ada jam tambahan, saya bersama teman-teman terkadang pergi untuk menenangkan pikiran. Seperti berbelanja di mal terdekat, bermain futsal, menonton film di kelas, mencari makan siang dan sore bersama, dan pergi bermain ke mal terdekat. Itulah ternyata yang menjadi sebuah kenangan.

Sehingga tidak lama UTBK 2021 akan dimulai pendaftarannya, dengan berat hati dan mencoba ikhlas. 

Saya mendaftar di Universitas Riau, tetapi tetap saja gagal. Dan kembali terpuruk pada saat itu. Hingga akhirnya sudah benar- benar lelah untuk memperjuangkan PTN.

Tetapi dengan dorongan dan motivasi dari orangtua, saya tetap mendaftarkan ujian mandiri sebagai peluang yang sangat terakhir. Karena itu hanyalah harapan terakhir saya untuk lolos ke PTN serta tidak ingin mengecewakan orangtua yang kesekian kalinya. 

Dan Alhamdulillah, kali ini doa orangtua saya dan orang-orang yang mendoakan saya benar-benar terkabul.

 Saya dapat merasakan masuk PTN dengan lika-liku yang sangat berat, dan berbagai hambatan maupun cobaan yang saya dapatkan pada saat itu.

Inilah pengalaman saya saat merasakan gap year selama satu tahun, ada suka maupun ada dukanya. Terima kasih sudah membaca cerita saya hingga akhir.

Pesan saya untuk pejuang PTN, jangan pernah Anda menganggap hal apapun remeh, jangan pernah menganggap cobaan yang diberi tidak ada hikmah yang diperoleh, serta jangan pernah puas dan sombong ketika mendapatkan hal tersebut.

Karena itulah kita tidak tahu di manakah Tuhan menempatkan kita berada. Yang belum tentu baik menurut kita sudah pasti baik menurut Tuhan, dan yang sudah tentu baik menurut kita maka pastinya belum tentu baik menurut Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun