Jadi andaikata, debat pertama kemarin yang dilaksanakan untuk Capres semisal tadinya berlaku pula untuk Cawapres. Formatnya ya Capres dan Cawapres digabung. Mungkin comparing antara Prabowo, dengan Anies dengan Mahfud dan sebenarnya pun Ganjar juga sejalan dengan Mahfud.Â
Ketika Prabowo mengusung kawan-kawan Jenderalnya yang afiliate dengan Gerindra masuk di Penasehat Kemhan dan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan), kemudian Anies mengusung kawan-kawan praktisi dan akademisi yang sebenarnya adalah tim pakar pemenangan Pilgub ke TGUPP.Â
Ganjar sama sekali tidak ada catatan seperti ini, baik di jajaran Staf Khusus maupun Komisaris BUMD di Jateng. Bahkan Mahfud lebih ekstrem, membentuk tim tapi isinya adalah 'musuh-musuh' yang berlawanan semua.Â
Bahkan alih-alih bukan untuk melunakkan mereka atas dasar persatuan dan ini sarat akan transaksional (mengacu case Partai-partai kontra Jokowi gabung ke Jokowi baik di period 1 maupun 2). Tapi bergabung untuk ikut merekomendasi serta mengawasi dengan kritik konstruktif mereka yang super lantang tersebut.
Jadi, peluru tak terkendali bukan? Apalagi ketika Mahfud MD menjadi Wapres di kemudian hari, bukan tidak mungkin cara-cara ini akan dipakai manakala dia sebagai Wapres juga akan menjadi Pengarah di beberapa Tim/Komite/Badan/Dewan sesuai dengan amanat Undang-Undang, tentu Tim yang ada didalamnya pun akan menggunakan pendekatan yang sama.Â
Unsur-unsur kepakaran yang selama ini selalu berjarak dan lantang dalam mengkritisi. Siapatahu, paradigma mereka masuk akal dan bisa dijalankan dengan baik, asalkan tidak ada tekanan atau daya untuk menyamakan persepsi. Profesional dan tetap pada jalur kritis secara progresif. Mereka juga toh sebagai pengawas juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H