Saat sore tiba, aku benar-benar menunggu di kantin. Tapi setengah jam kemudian, tidak ada siapapun yang datang. Aku hanya menatap kosong pada beberapa orang yang dengan antusias memegang gaji mereka.
Semua orang berangsur-angsur pergi dan pulang. Langit semakin meredup, hujan rintik-rintik turun. Aku menatap ke arah kiri, tetapi tidak ada orang yang diharapkan. Aku menahan air mataku. Saat ini aku sangat lelah, dan aku sudah menunggu lebih dari setengah jam di sini.
Sampai tempat ini sepi, aku kembali ke atas. Tapi tidak ada siapapun.
"Mencari siapa?" tanya seorang satpam pria.
Aku memaksakan senyum. Sebelum menjawab, dia berkata. "Semua orang sudah pulang."
Aku mengangguk dan turun kembali. Aku tidak bisa menahan kesedihanku lagi. Air mataku jatuh tak tertahankan. Mengapa? Mengapa harus aku saja? Mengapa aku tidak mendapatkannya?
Aku lelah, tubuhku, pikiranku, tetapi yang diharapkan hanya berakhir kekecewaan. Selama perjalanan pulang, aku hanya menatap kosong semua yang ada di depanku. Jujur saja, aku bahkan belum pernah memegang uang 100rb yang merupakan hasil keringatku sendiri, jadi tentu saja aku begitu sedih tidak mendapatkan gajiku.
Saat aku pulang, aku langsung menangis di kamar meluapkan kekesalan, kekecewaan, dan kelelahan ku tanpa peduli bahwa aku sedang berpuasa. Orang tua ku bertanya-tanya kenapa, dan aku langsung menceritakannya kepada mereka.
Yang aku tidak tahu saat itu, ternyata Ayahku yang merasa tidak terima langsung mendatangi tempat kerjaku. Satpam di sana merupakan temannya, dan dia bertanya, mengapa aku belum juga mendapatkan gaji. Satpam itu cukup tinggi posisinya di sana, dan dia langsung menegur ADM yang merupakan orang bertanggung jawab atas gaji pekerja.
Keesokan harinya, saat aku absen, ADM wanita itu berwajah jutek. Sepertinya dia dalam suasana hati yang buruk. Tiba-tiba, dia berteriak. "Siapa yang bernama ...."
Dia menyebutkan namaku membuatku terkejut. Aku langsung mengangkat tangan. Dia menatapku tajam. "Kamu ngadu ya?!"