“semuanya lima puluh lima ribu.”
Arie menoleh kearah Rani sekali lagi. Rani terseyum lebar memperlihatkan gigi-giginya kearah Arie menandakan bahwa Arie yang harus membayarkannya dulu. Rani mengeluarkan lidahnya ketika Arie menarik dompet dari saku jeans birunya.
“terimakasih.”
Rani menunggu Arie tiba di meja sambil terseyum jail.
“kau suka cappuccino juga?” cetus Arie sambil meletakkan dua gelas cappuccino di hadapan Rani.
Rani mengangguk dengan cepat. “sama sepertimu, kan?”
“yah, aku suka ketika memesan sendirian.”
“hahaha, nanti aku ganti. Tenang saja.”
Lalu keduanya terdiam untuk menyeduh secangkir kopinya masing-masig. Arie memperhatikan cara Rani meminum kopi, dahinya mengkerut, bibirnya maju dan matanya terbelalak ketika berusaha menelan.
“mengapa kau tidak memesan yang dingin saja?”
“ehm,” Rani meletakkan kopinya di meja. “kenapa?”