Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Sayap-sayap yang Patah

9 Desember 2013   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“apa? Istrimu?” Diandra tersentak. “maksudku, kau sudah mempunyai seorang istri?” Diandra sangat terkejut.

“ya, dan seorang anak perempuan. Kau, ehm, mungkin kau baru tahu tentang ini.”

“yah, aku baru tahu.” Diandra tak sanggup lagi berkata-kata. Harpannya sudah sirna, tak ada lagi yang sanggup ia lakukan. Jika saja ini siang hari, maka pria itu sudah pasti melihat sekumpulan air yang menuggumpal di matanya.

Mereka terdiam sangat lama, pria itu gelisah seperti ingin segera pergi. Diandra terpaku, yang ia bisa lakukan saat ini adalah menahan agar air matanya tidak berjatuhan keluar dengan menggigit bibirnya. Tiba-tiba saja terdengar suara burung berkicau. Diandra tahu, itu suara Mila yang menyuruhnya agar cepat menyatakan perasaannya terhadap pria itu.

“tapi, apakah kau mencintai istrimu?”

“sangat. Maksudku, tentu saja, aku tidak ingin larut dalam pertengkaran oleh karenanya aku memutuskan untuk keluar rumah.”

Hilanglah sudah harapan Diandra, semuanya sudah jelas saat ini. “tapi ada yang ingin aku sampaikan.” Ditengah-tengah pandangannya yang sudah sangat tertutup oleh air mata, dan suaranya yang mulai tersiak-siak, Diandra ingin berusaha mengungkapkan perasaannya.

“apa itu?”

Diandra menarik nafas panjang dan mulai angkat bicara. “sudah lama aku melihatmu di sini. Aku selalu mengamatimu dari kursi di sebelah sana. Aku selalu mengikuti apa yang kamu lakukan di taman ini bersama teman-temanmu. Aku selalu ingin ikut bermain denganmu, namun saja aku tahu bahwa aku tidak layak bermain denganmu.” Diandra menghela nafas lebih dalam sebelum akhirnya berkata, “aku,.. aku menyukai..,”

Tiba-tiba saja seorang wanita datang bersama gadis cilik di pangkuannya medekat ke arah Diandra. Diandra menahan nafasnya ketika wanita itu menghampiri pria yang tengah terdiam di depannya.

“maafkan aku.” Sahut wanita itu sambil memeluk si pria. Sungguh Diandra hanya dapat menangis saat ini. Perlahan-lahan Diandra berjalan mundur, tangisannya tak terbendung lagi sehingga kini pipinya sudah dibasahi oleh tangisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun