Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Sayap-sayap yang Patah

9 Desember 2013   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diandra melihat kawanan burung itu mengangkat sangkar yang telah mereka buat. Diandra memang tidak ikut dalam hal yang berat-berat, karena di anatara mereka, hanya Diandra lah burung yang memiliki tubuh sangat kecil. “terimakasih Din. Kamu memang dapat diandalkan. Kemari, jangan berdiri di tepi seperti itu.”

Diandra mendekat kebawah sangkar yang telah mereka buat. Meskipun kini Diandra hidup sebagai seekor burung, namun ia merasa sangat bahagia karena dapat hidup berguna demi yang lain dan merasa sangat dihargai. Ayolah, bukankah itu yang sangat dibutuhkan dalam hidup?

“Mil, aku takut.”

“ada apa, Din?” Mila terbang mendekat menuju Diandra.

“sepuluh hari aku telah menjadi seekor burung, tapi aku masih tidak bisa melupakan kehidupanku sejak aku masih menjadi seorang manusia. Apakah aku salah, telah mengubah diriku menjadi seekor burung saat itu? Apakah aku bodoh, Mil?”

Setitik air mulai berjatuhan dari atas langit. Disusul beberapa tetes lainnya. “oh, Diandra. Bukan kamu yang membuat dirimu berubah saat itu.”

“lantas siapa?” Tetesan air yang berjatuhan itu semakin cepat diiringi angin yang bertiup dengan kencang.

“seseorang yang telah menyakitimu sejak itu. Pria itu, yang tempo hari telah kau ceritakan padaku.”

Burung-burung yang lain mulai berterbangan masuk kedalam sangkar. “aku menyesal telah mengenalnya.”

“berarti kamu tidak menyukai berada di sini sekarang.”

“Mila, kau tidak mengerti.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun