Mohon tunggu...
Fahrizal A.Z Mursalin
Fahrizal A.Z Mursalin Mohon Tunggu... -

Little boy, who desperately want to make books. Mmm, Like a writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Sayap-sayap yang Patah

9 Desember 2013   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:09 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“tentu saja aku mengerti, Din. Di sini, kami semua adalah perempuan yang tak pernah dicintai. Awalnya aku merasa sama seperti yang kamu rasakan saat ini. Tapi setelah aku jalani, mereka—perempuan-perempuan yang lebih dulu menjadi seekor burung karena tidak pernah merasa dicintai—membuatku tersadar. Kami semua memang tidak akan pernah merasa dicintai lagi, Din.”

“tapi mengapa?”

“aku tidak tahu, mungkin alasan yang sama mengapa kamu tetap menunggu pria itu. Kita semua adalah wanita, Din. Kau tahu apa yang dilakukan wanita? Mereka akan,..”

“menunggu meski pria itu tidak menyukai, atau bahkan tidak mengetahui keberadaan kita.” Potong Diandra. “aku tahu itu, Mil. Aku sering merasakannya. Tapi tidak adakah cara agar aku bisa kembali menjadi seorang manusia? Aku akan mengatakan pada pria itu jika saja aku diberi kesempatan. Aku akan mencarinya, Mil.”

“sudah tidak ada cara lagi, Diandra. Kamu akan menjadi seekor burung selamanya, sama seperti kami.” Hujan mengguyur semakin keras. Pepohonan bergoyang akibat tiupan angin yang sangat kencang. Langit pun sangat gelap, segelap harapan Diandra yang sudah tidak akan pernah ada lagi.

“kecuali jika kau menangis.” Mila melanjutkan.

“apa kamu serius? Hanya menangis? Dengan itu aku bisa menjadi seorang manusia lagi? Oh, Mila, terimaksih.”

“kamu harus menangis ketika malam dan bulan punama menjelang.”

“apakah seperti itu?” Diandra sedikit kecewa. “tapi kapan itu akan terjadi?”

“ayolah, Din. Setelah hujan keras, biasanya bulan akan menampakkan wujudnya. Wujudnya yang utuh.”

“berarti…, doakan aku agar hujan berhenti sebelum malam, Mil.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun