***
Sementara itu, Kancil dan Orangutan  berusaha menyadarkan hewan-hewan lain bahwa kekuasaan yang dijalankan Harimau Muda bermasalah dan timpang. Namun, sia-sia. Mereka apatis, sibuk dengan masalah diri selingkar dan tujuan masing-masing, takut melawan, atau terbuai remah-remah daging yang terciprat dari kekuasaan Harimau Muda. Lalu demi mempertahankan mendapatkan remah-remah dan mengayakan diri, sibuk menjatuhkan sesama dan menambah pendapatan remah-remah.
***
Dalam keadaan dan suasana begitu, savana didatangi sekelompok makhluk asing dari balik pegunungan. Mereka adalah para pembangun dari negeri seberang.
Mereka mendekati Harimau Muda. Â Menawarkan kerjasama yang menggiurkan: mereka akan membantu Harimau Muda mengeksploitasi sumber daya savana agar bisa menghasilkan lebih berlimpah-limpah. Â Harimau Muda tergiur. Ia hanya perlu modal memberikan izin dan perlindungan kepada pembangun.
Tanpa berpikir panjang, ia menyetujui kerjasama tersebut, mengabaikan nasihat Orangutan dan Kancil yang memperingatkannya akan bahaya eksploitasi alam. Harimau Muda, melihat kesempatan memperkaya diri berbanding lurus memperkuat posisinya sebagai penguasa savana. Kekayaan yang dimiliki bisa menutup dampak eksploitasi alam. Masih bisa dikontrol. Ia punya pembelaan.
"Ini adalah kesempatan emas!" serunya pada kelompok setianya. "Kita akan menjadi kaya raya! Menyejahterakan rakyat. Savana kita akan menjadi terkuat dan disegani di seluruh negeri tanpa lagi di sepelekan!" serunya pada hewan-hewan yang apatis. Sejahtera adalah nyanyian yang selalu keluar dari mulut penguasa. Mereka bosan mendengar nyanyian mimpi itu.
***
Para pembangun segera memulai aksinya. Mereka menebangi pohon-pohon besar, menggali tanah mencari mineral berharga, dan membangun pabrik-pabrik yang mencemari sungai dan udara. Perlahan tapi pasti, Savana yang dulu hijau dan subur berubah gersang dan tandus. Hewan-hewan lain menyaksikan semua ini dengan perasaan campur aduk. Tapi tanpa daya apa-apa.
"Biarkan saja mereka," kata seekor Kijang dengan acuh tak acuh. "Selama aku masih bisa makan dan minum, aku tidak peduli."
"Ah, aku makin susah cari makan," kata Kelinci dan Tupai. Tanah yang terkuliti dan pohon yang meranggas tak lagi murah hati memberi rezeki. Malah memberi ancaman yang menganga dari pemangsa.