Dengan wewenang dan menyiasati aturan yang sah, ia memulai kekuasaannya dengan membersihkan savana dari pengaruh Harimau Tua. Hewan-hewan yang dulu setia pada sang raja lama disingkirkan secara halus. Harimau Muda menempatkan mereka di posisi-posisi yang tidak penting dan tak menguntungkan. Mereka yang diskenariokan akan "dilengserkan" mendapatkan wilayah-wilayah yang tandus, memberi tugas-tugas yang sulit tapi menuntut hasil maksimal. Kemudian secara perlahan, yang tak sanggup, diganti hewan-hewan yang lebih setia pada Harimau Muda.
Bersama dengan kelompok setianya, Harimau Muda memonopoli sumber daya savana. Wilayah berburu yang subur dan kaya akan mangsa dikuasai oleh pengikut setianya.
"Ini demi optimalisasi aset-aset kita agar bisa kita manfaatkan untuk kesejahteraan penghuni savana kita!" dalihnya berwibawa.
"Bagi yang diberi kesempatan berbakti, tunjukkan pengabdian kalian pada savana," katanya lagi. Pengabdian pada savana yang dimaksud adalah pada dirinya. Bila tidak, mereka akan bernasib sama seperti yang telah dilengserkan. "Bagi yang tidak lagi memimpin, terima kasih atas kerja kalian. Kami memberi hadiah agar kalian bisa hidup santai di savana ini tanpa harus menanggung beban kerja lagi! Nikmati dan syukurilah hidup di savana kita yang subur permai ini."
Kekuasaan dan kekayaan menjadi penghibur mendinginkan bara dendam Harimau Muda. Melihat mereka tunduk dan takut. Mereka mudah digerakkan dan diarahkan sesuai maunya.
Hewan-hewan kecil tidak tahu menahu soal intrik kekuasaan. Mereka hanya peduli demi makan sehari. Mempertahankan diri dan ricuh memperebutkan makanan dan wilayah. Bertengkar, tumbuh benci, dan membunuh nilai-nilai persaudaraan perhewanan. Hingga muncul pikiran komunal tanpa sadar "binatang adalah serigala bagi binatang yang lain."
Prasangka api sosial kehewanan itu sengaja dibiarkan menyala oleh Harimau Muda. Dengan begitu, mereka semakin terpecah belah, saling curiga, dan sibuk menyelesaikan masalah antar sesamanya. Mengalih mereka dan apatis pada jalannya kekuasaan yang dipegang Harimau Muda.
Badak, dulu mendukung Harimau Muda, kini melihat belangnya. "Suasana savana kita makin tak beres," gerutunya pada Orangutan. "Ada perubahan perilaku dan nilai sosial kehewanan di savana kita. Kita berkubang dalam keegoisan. Menyelamatkan dan menyenangkan diri yang fana ini."
***
Orangutan, dengan kebijaksanaannya, mencoba mengingatkan Harimau Muda. "Yang Mulia," katanya dengan hormat. "Kekuasaan harus digunakan untuk melindungi dan mencapai keadilan serta kesejahteraan semua penghuni savana, bukan hanya untuk segelintir kelompok."
Harimau Muda menanggapi seolah tidak ada masalah. "Aku tahu. Itu misiku. Namun, masalah sekarang adalah biasa. Itu pengorbanan. Misiku tetap; menjadikan penghuni savana jaya sejahtera. Hanya saja jalan ke sana panjang. Banyak tangga yang harus ditapaki," bela Harimau Muda.