Harimau Tua, setelah bertahun-tahun berkuasa, akhirnya menghembuskan nafas. Ia mati dengan kesedihan melepaskan kekuasaannya. Ia dikelilingi oleh segelintir pengikutnya yang setia dan tak. "Sedih sekali aku harus meninggalkan kalian," katanya yang terakhir kali.
"Selamat jalan, Harimau Tua. Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Belangmu selalu terkenang sepanjang hayat kami," ujar Harimau Muda bermakna ganda.
***
Matahari pagi menyinari savana yang masih diselimuti kabut tipis. Harimau Muda berdiri di atas bukit tertinggi, menatap hamparan luas wilayah kekuasaannya yang baru. Angin sepoi-sepoi membelai bulunya, membawa aroma rerumputan segar dan kebebasan.
"Akhirnya," suaranya bergema di bukit di antar angin ke savana. "Savana ini milikku."
"Semoga ia menjadi pemimpin yang adil dan mensejahterakan penghuni savana," harap Rusa, matanya berkaca-kaca.
Harimau Muda melangkah turun dengan penuh kharisma, disambut sorak-sorai hewan-hewan yang antusias. Ia berjanji akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh penghuni savana.
Namun, di balik sorot matanya yang tenang, terpendam luka yang digoreskan Harimau Tua. Masih membara. Luka mendalam dipendam menjadi dendam menjadi bara api ketika punya tempat.
"Mereka yang dulu mendukung Harimau Tua akan merasakan akibatnya," bisiknya datar pada Kancil.
Kancil terkejut menatapnya dengan khawatir. "Jangan biarkan dendam menguasaimu, Yang Mulia," nasihatnya pelan. "Balas dendam hanya akan membawa pada petaka."
Harimau Muda mengibaskan ekornya. "Mereka harus bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan. Kesalahan harus dihukum biar ada efek jera dan tak mengulang," ucapnya teguh.