"Aku merindukan aroma tubuh ini. " Â bisiknya dalam hati.
Matanya mulai terpejam. Ia hanyut bersama aroma tubuh penjaga bunga yang melekat erat di sorban itu. Bersatu bersama mimpi-mimpi yang mengiringi tidurnya. Dalam tidurnya yang lelap laki-laki itu datang.
"Engkau marah padaku?" tanya Intan dengan tangan gemetar.
Laki-laki itu hanya diam.
"Menyesalkah engkau mengenalku?" tanyanya kembali.
"Tidak." Jawabnya singkat
"Engkau lelah mendampingiku."
Lagi-lagi laki-laki itu tidak menjawab. Namun dari sorot matanya Intan bisa mengetahui jawabannya. Sorot matanya adalah simbol yang selalu menyisakan banyak pertanyaan dalam benak Intan.
"Lalu aku harus bagaimana?" Intan menangis.
"Kamu ingin tahu jawabannya Intan?"
Intan hanya mengangguk.