Kabur ketakutan membuat gadis itu seperti kesetanan, lari dengan begitu cepat, hingga akhirnya berhenti dengan jeritan yang tertahan. Tubuhnya limbung, kakinya menginjak batu dan terpeleset. Dicobanya berdiri, tetapi kakinya terlalu sakit untuk menapak, sepertinya keseleo. Dan di betisnya pun ada beberapa luka goresan yang mengeluarkan darah segar.
"Kamu tidak papa?"
Usahanya untuk berlari dari kejaran lelaki itu sempurna gagal. Belum sempat dia berdiri dan melanjutkan pelariannya, lelaki itu sudah lebih dulu sampai padanya dan kini berlagak ingin menolongnya.
"Kakimu terluka, harusnya tadi Nona cantik nggak perlu berlari sampai akhirnya jatuh seperti ini."
Siapa lelaki itu? Dengan berkata seperti itu, seolah-olah dia punya hak untuk melarang gadis yang jelas-jelas tidak dikenalnya. Lagi pula, gadis itu berlari tunggang langgang sebab dirinya yang mencurigakan.
"Jangan sentuh saya! Anda ini siapa? Kenapa anda mengejar saya? Kalau Anda tadi tidak mengejar saya, saya tidak akan lari dan terluka seperti ini."
Untuk menutupi ketakutan hatinya, dia berbicara dengan keras. Meskipun dia masih belum berani menatap wajah lelaki yang kini jongkok menghadapnya.
"Maaf jika perbuatanku tadi membuatmu takut. Sekarang biarkan aku bertanggung jawab. Mari aku antarkan pulang, Nona."
"Eh, mau apa? Saya bilang jangan sentuh saya! Anda jangan macam-macam,ya!"
Gemetar tubuh gadis itu saat dia sadar bahwa dirinya telah sempurna berada di gendongan lelaki tak dikenalnya. Dia mencoba berontak, tetapi tangan lelaki itu semakin kuat memeluknya. Membuat hati gadis itu semakin ciut tak bernyali.
***