***
Tubuh gadis itu hampir memeluk aspal jika saja tidak ada yang menangkapnya. Langkah-langkah lebarnya berubah menjadi  lari-lari kecil tanpa dia sadari. Hingga tubuhnya limbung menabrak sesosok tegap yang kini dengan kokoh memeluknya.
"Aurum?" Seketika pandangan Aurum tertuju pada orang itu.
"Aska? Kamu ngapain di sini?"
"Ini tempat umum, siapa saja boleh ke sini kan? Lagi pula kamu emang bandel ya, berapa kali aku bilang ke kamu kalau jalan itu jangan nunduk. Hobi banget nabrak-nabrak."
"Iya, maaf, nggak sengaja."
Seperti biasa, Aska tidak akan bisa merasa kesal terlalu lama pada Aurum. Ekspresi polos gadis itu selalu mampu meluluhkan hatinya. Terlebih, sepertinya kaki gadis itu terkilir dan harus segera dikompres supaya tidak bengkak.
"Eh, kamu ngapain, Ka?"
"Udah diem aja, sih."
"Turunin aku, Ka. Malu dilihatin orang."
Lelaki itu tidak mengacuhkan gerutu Aurum. Dia terus berjalan dengan santai membopong gadis itu. Membawanya ke warung terdekat dan segera memesan minuman untuk mereka berdua, serta meminta es batu dan kain kepada pemilik warung untuk mengompres kaki Aurum yang terkilir.