Mohon tunggu...
Fatmasari
Fatmasari Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pemimpi dari Kampung

Instagram : @fatmafama10 . Wattpad : heningrindu . NovelMe : Hening Rindu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Semesta Mulai Bercanda (Part 1)

6 Juni 2020   11:46 Diperbarui: 7 Juni 2020   13:22 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


"Mau saya antar?" Pemilik mobil itu membuka jendela dan menawari tumpangan.


"Lintang?!" seru Aska yang merasa kenal dengan orang itu.


"Iya, ini aku. Mau bareng nggak?"


"Mau sekali, kamu datang di saat yang tepat. Aku udah cape banget gendong cewek satu ini."

Pandangan Lintang mengikuti arah mata Aska melirik. Sedangkan yang dilihat hanya diam dan menunduk. Tidak berniat menyapa atau sekadar tersenyum basa-basi. Aska merasa sedikit aneh pada diamnya gadis yang dia gendong. Tidak biasanya gadis itu diam saat digodanya---tidak peduli di depan umum ataupun tidak. Ah, mungkin dia sedang sangat lelah atau masih kesakitan kakinya.
Aska dan Aurum akhirnya diantar pulang oleh Lintang. Yang diketahui gadis itu setelah perbincangan di sepanjang jalan menuju rumah, bahwa laki-laki yang memberi mereka tumpangan adalah sahabat Aska sedari kecil.


***


Aurum tertidur dengan kepala yang disenderkan pada pundak Aska. Dia terlihat sangat lelah. Entah apa yang membuat gadis itu berlarian hingga menabrak Aska tadi. Lelaki itu belum sempat bertanya.


"Gadis ini siapa, Ka?"


"Gadisku, namanya Aurum."


Terlihat sekali dari binar mata lelaki itu, Aska sangat mencintai gadis itu---gadisnya. Menciptakan desir aneh dalam dada Lintang. Aska, temannya itu, belum pernah terlihat sejatuh cinta ini pada seorang gadis. Walaupun mereka tidak bertemu hampir tiga tahun, tetapi mereka masih saling bertukar kabar dan cerita. Dan sahabatnya itu belum pernah menyebut nama gadis ini sebelumnya. Apa hubungan mereka baru saja terjalin? Atau ...?


"Pertigaan depan belok kanan, Tang," ucap Aska mengarahkan. Membuat buyar deretan 'mungkin' dalam kepala Aska.
Mobil hitam itu berhenti dengan mulus tepat di depan rumah Aurum. Aska membopong tubuh lelap gadis itu. Dia tidak tega membangunkannya. Untung saja orang tua Aurum sedang tidak ada di rumah, jadi dia terbebas dari ocehan Tante Tari---ibunya Aurum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun