Setelah membawa Aurum ke kamarnya, dia buru-buru pamit pada Awan--adik laki-laki dari Aurum. Lagipula, dia tidak ingin membuat Lintang menunggu terlalu lama di dalam mobil. Anak itu entah kenapa tidak mau diajak masuk, padahal dia bukan tipe introvert yang selalu merasa tidak nyaman bertemu orang baru.
"Tidur di rumahku aja, Tang. Begadang kita malam ini." Aska begitu terlihat bahagia bertemu lagi dengan sahabatnya.
Lintang memang sosok introvert yang berhasil diluluhkan hatinya oleh Aurum. Tidak banyak temannya, bahkan dirasa, hanya Aska yang benar-benar dia anggap sebagai teman. Tetapi dia sadar diri, tidak boleh selamanya tertutup pada sosial di sekelilingnya. Hingga dalam percobaan itulah, dia bertemu dengan Aurum. Gadis yang baru sebulan menjadi kekasihnya.
"Ka, kok nggak pernah cerita kalau udah punya cewek?"
"Aku tidak mau membagi kisahku dengannya pada siapa pun, termasuk kamu," jawab Aska dengan nada bercanda, tetapi terdengar sungguh-sungguh.
"Ya elah, ceritalah, aku penasaran, bagaimana itu cewek bisa meluluhkan hatimu yang kerasnya melebihi karang."
"Hatiku luluh dengan binar keikhlasan pada matanya, senyuman tulusnya yang begitu manis, dan segala sikapnya yang begitu baik."
Pandangan Aska lurus menatap jalanan, dia seperti tengah membayangkan gadisnya berada di depan sana dan membuatnya terpana.Â
Lintang bergeming, tidak berniat melanjutkan obrolan tentang gadis itu. Aska benar, gadis itu begitu menawan, bahkan pada saat pertama kali orang melihatnya, pasti orang itu akan tertarik pada pesonanya, begitu pun dia.
***
Terlihat keadaan sekitar pantai itu masih sepi, maklum baru pukul 05.00 pagi. Siapa juga gerangan yang mau datang ke pantai sepagi ini. Udaranya saja masih sanggup membirukan kuku-kuku jari. Kecuali gadis yang bernama Aurum ini. Berada di tengah hamparan pasir pantai pada jam-jam segini sudah mengakar kuat pada dirinya. Katanya, udara di sana begitu menenangkan, sejuk, dan bersih. Dia baru akan beranjak saat ramai terdengar para pengunjung lain berdatangan, biasanya itu sekitar pukul 07.30 pagi. Seperti sekarang. Tubuhnya baru beranjak dari pasir yang menjadi panas sebab terlalu lama didudukinya. Mengucapkan selamat tinggal pada birunya air pantai yang berdebur indah, berterima kasih pada burung-burung kecil yang telah menemani paginya.
Tak sengaja pandangannya bertumbukan dengan tatapan orang yang berdiri di bibir jalan. Hatinya seketika menaruh curiga, takut jikalau lelaki itu berbuat jahat padanya. Tapi apa mau dilaku selain terus maju dan berjalan melewati lelaki itu? Karena jalan itu hanya satu-satunya yang terdekat dengan rumahnya. Dengan sangat waspada, dia berjalan menundukkan kepala dan lewat depan lelaki itu. Jalannya semakin cepat, bahkan kini dia sudah berlari dengan sedapatnya, dan lelaki yang menatapnya tadi pun ikut berlari mengejarnya, membuat gadis itu semakin bergidik.