TETAPI YA AMPUN, perjalanan waktu yang sedemikian cepat bergerak dan berubah, mengikuti proses sosial dan budaya itu, kemudian seakan berbenturan.
Menyergap, menyerang, menegurnya, dalam suara yang ia sendiri tidak mengerti bagaimana datangnya. Dan bagaimana hadirnya! Dan bagaimana pula ia menagih dan meminta. Menjerit dan meronta, dalam cemas takutnya yang mengurung!
NILAI TETAP tak tersadarikah itu, yang tak akan sirna sepanjang masa? dan adakah ia sebagai perlambang suatu kekuatan dan kebenaran?
IA MENJADI bingung sendiri!
Tetapi, kalau tidak, kenapa ia harus seperti itu? Keringat deras mengucur, tubuh menggigil takut, nafas sengal dan sesak, leher seakan mau tercekik, saat Ustad itu berbicara, kuliah subuh itu didengar, televisi itu dipasang?
Padahal, tidak biasanya ia bangun sepagi itu, lalu memasang televisi. Apalagi semalam, setelah penat bekerja, dihabiskan dengan kenikmatan bersama seseorang?!
SIAPAKAH yang berada di balik itu? Siapa yang mengendalikan? Kenapa seperti meneriakkan aba-aba dan larangan, ketika telinga mulai mendengar, dan hati tergetar?
“Tidak!!” teriaknya lantang. Keras sekali. Hingga pisau cukur kumis yang berada di tangan, terjepit dan terkepit di antara jari, terlontar cepat secara tak sengaja.
Mengenai cermin di hadapan, oleh gerak tubuh yang seakan tersentak marah dan tak dapat dibendungnya lagi!!
Geram, kesal, jengkel dan sebal. Apalagi segalanya jelas terpampang!
Tak asing lagi baginya, bgaimana akibat dan kesudahan bagi si penderita. Si manusia terpasung itu!