“……………….Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS 17:36)
MESKIPUN ALLAH sudah berulang kali menandaskan dan mengingatkan: bahwa bermegah-megahan dengan dunia, telah melalaikan kita. Sehingga kita masuk ke dalam kubur.
Dan Dia menyeru, agar kita jangan begitu. Karena kelak kita akan mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, dan akan melihat neraka Jahiim.
Dan sesungguhnya kita akan benar-benar melihatnya dengan 'ainulyaqin.
Kemudian pada hari itu, kita pasti akan ditanyai tentang kenikmatan yang kita megah-megahkan di dunia ini. (Lihat QS 102: 1-8)
Mempertanggung jawabkan organ jasmani dan rohani saja sudah sulit. Dan seperti mengacuhkan. Apalagi mau thawaf dalam lingkaran Ka'bah atau kiblat. Berjalan bersama kaum muslimin lainnya, melangkah dan berputar dalam gerak meenyeru dan teratur, dengan seluruh organ bilogis, fisiologis, psikologis, rohani dan jasmani, menghadap dan terarah ke arah kiblat. Ka'bah. Simbol penyembahan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Yaitu Ilah, Allah yang Hak dan patut diibadati.
Keharusan seorang hamba, sebagaimana yang diwahyukan dan diperintahkan kepada Rasul-Nya SAW.:
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku." (QS 21:25)
RASA TAKUT akan hari perhitungan, tidak lagi menempati hati sebahagian kaum muslimin. Telingapun seolah pekak. Hati beku. Bahkan pikir, tumpul. Penglihatan guram, kalau tidak mau dikatakan; buta!
Tepatlah kalau sampai Allah menjadikan mereka yang lalai seperti itu, untuk isi api neraka. Dan menyamakan mereka dengan binatang ternak. Bahkan lebih buruk lagi:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS 7:179)
KEMBALI pada cuplikan cerpen di atas. Pikirannya pun tertuju dan tercurah ke situ. Di kala nurani menyentuh, dan ia merasa bingung sendiri.