Mbak Nur juga menjelaskan proses kesehariannya dalam mengolah tempe yang ia siapkan untuk dijual. Katanya, perlu waktu kurang lebih 2 hari waktu pengolahan hingga dapat dikatakan tempe siap untuk dijual kepada para pelanggan. Ia menjelaskan bahwa, di pabriknya, pengolahan tempe dilakukan di pagi hari, dan siangnya sudah siap untuk dibikin, tetapi tempe baru dapat dikatakan layak jual pada keesokan harinya karena tempe baru jadi sehari setelah pengolahan dilakukan.
“Pengolahannya itu pagi. Biasa direbus dulu (kedelainya), terus digiling ya, dicuci bersih, lalu dikasih ragi, udah. Siangnya udah siap untuk dibikin (menjadi bentuk tempe), Cuma kalau jadi, besoknya baru jadi,” jelas Mbak Nur terkait proses pengolahan hingga tempe siap untuk dijual.
Dulu, sebelum masa pandemi, Mbak Nur menceritakan bahwa usahanya bisa memiliki banyak pelanggan. Ia mengatakan bahwa hal itu menjadi berbeda ketika pandemi menyerang, keadaan penjualan bisa sangat sepi oleh pembeli. Menurutnya, ini disebabkan dari adanya PSBB yang terus dilakukan di Jakarta.
“Ya lebih bagus sebelum pandemi, lebih ramai. Kalau sekarang, lebih sepi. Apalagi PSBB terus kan,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak hanya menerima penjualan hanya dari pabriknya saja, melainkan juga turut berjualan di pasar-pasar. Mbak Nur memberi tahu bahwa ia berjualan di pasar pada malam hingga pagi hari, tepatnya pada pukul 7 malam hingga pukul 5 pagi.
“Kita di pasar dari jam 7 sampai jam 5 subuh, semalaman. Dua tempat, di pabrik juga, di pasar juga,” jelasnya.
Mbak Nur juga menceritakan bagaimana kesehariannya di pasar di masa pandemi ini. Ia mengatakan bahwa jam-jam ramai pembeli justru terdapat pada pukul 8 dan 9 malam. Namun, ia menjelaskan bahwa, itu hanya berlaku pada weekdays atau hari Senin sampai Jum’at saja. Pada hari sabtu dan minggu, ia malah mengatakan sebaliknya.
“Kalau saya kan keluarnya jam 7 malam ya. Jadi, ramainya itu di jam 8 dan 9-nya. Nah itu kejadiannya cuma weekdays aja. Kalau weekend tuh sepi,” ungkap Mbak Nur.
Mbak Nur mengatakan, sampai saat ini, ia belum berniat untuk mendaftarkan penjualan tempenya di toko ataupun ojek online. Ia menegaskan bahwa, sampai saat ini belum terlihat adanya permintaan dari para pelanggan terkait dimasukkannya opsi penjualan tempe miliknya ke aplikasi online, seperti toko dan ojek online.