Mohon tunggu...
Fathurrachman Zuhdi
Fathurrachman Zuhdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi || Media Enthusiast

Senang berdiskusi dan berbicara tentang media dan dunia kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Jatuh Bangun Usaha Pabrik Tempe di Masa Pandemi

29 Juni 2021   03:06 Diperbarui: 29 Juni 2021   03:13 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pabrik Tempe Mbak Nur (Dok. Pribadi)

Pandemi Covid-19 mulai melanda Indonesia pada bulan Maret tahun 2020. Sejak saat itu, jalannya perekonomian di Indonesia mulai terganggu, salah satunya usaha pabrik tempe milik Mbak Nur dan keluarganya yang sudah dijalankan selama lebih dari 20 tahun.

Mbak Nur menjelaskan bahwa di awal pandemi, situasi terasa biasa saja. Ia pun menganggap bahwa pandemi merupakan hal yang biasa terjadi. Namun, ketika sudah berjalan beberapa bulan, pelanggan berangsur menurun. Ia merasa mulai khawatir terhadap usahanya saat itu. Ia memperkirakan bahwa pelanggannya turun secara bertahap hingga dapat menyentuh angka 50 persen dari sebelumya.

“Kalau Pandemi, pertama, itu hal yang biasa. Setelah berjalan beberapa bulan sih udah mulai berkurang gitu. Kira-kira, ya, kurang lebih 50 persen,” ujar Mbak Nur.

Usaha pabrik tempe yang berlokasi di Gang H. M. Yasin, yang terdapat di sekitar Jalan Batu Ampar, Kramat Jati, Jakarta Timur tersebut, sudah dijalankan selama lebih dari 20 tahun. Ia menjelaskan bahwa usaha ini sebenarnya adalah usaha turun temurun yang sudah dilakukan oleh kedua orang tuanya. Namun, dirinya baru mengembangkan pabriknya dalam 20 tahun ini.

“Memang sudah usaha turun temurun sih. Sebelumnya dijalani oleh orang tua saya, tetapi baru dikembangkan sama saya sekitar 20 tahun ini,” jelasnya.

Meski begitu, sebagai orang yang memimpin usaha pabrik tempe keluarganya, Mbak Nur merasa pandemi ini merupakan sebuah tantangan besar bagi usahanya karena semasa pandemi ini harga kedelai menjadi naik, sedangkan penjualan tempenya menurun.

“Ya, gitu aja, kita jalanin aja apa yang ada. Apalagi kan semenjak pandemi ini harga kedelai melonjak terus nih karena kita kan impor, mungkin karena dari luar kali ya. Jadi setiap datang, naik-naik terus (harganya),” ungkap Mbak Nur.

Adapun alasan Mbak Nur menjalankan usaha ini karena ingin melanjutkan apa yang telah dimulai orang tuanya, yaitu mengolah kedelai menjadi tempe, lalu menjualnya. Dengan dilandanya pandemi ini, ia menjelaskan bahwa tetap berusaha untuk bersikap seperti biasa dan tidak menyerah dalam keadaan apapun.

Dalam menjual tempe-tempenya ke masyarakat, Mbak Nur memberi tahu bahwa tempe yang ia jual merupakan hasil olahan pabriknya sendiri. Mbak Nur menjelaskan bahwa ia mengimpor kedelainya lalu mengolahnya sendiri hingga menjadi tempe yang layak untuk diperjualbelikan. Hal tersebut yang menurutnya menjadi tantangan tersendiri di masa pandemi ini, mengingat harga kedelai yang terus naik.

“Kita olah sendiri, bikin tempe sendiri,” ucapnya.

Mbak Nur juga menjelaskan proses kesehariannya dalam mengolah tempe yang ia siapkan untuk dijual. Katanya, perlu waktu kurang lebih 2 hari waktu pengolahan hingga dapat dikatakan tempe siap untuk dijual kepada para pelanggan. Ia menjelaskan bahwa, di pabriknya, pengolahan tempe dilakukan di pagi hari, dan siangnya sudah siap untuk dibikin, tetapi tempe baru dapat dikatakan layak jual pada keesokan harinya karena tempe baru jadi sehari setelah pengolahan dilakukan.

Tempe-tempe Olahan Pabrik Mbak Nur (Dok. Pribadi)
Tempe-tempe Olahan Pabrik Mbak Nur (Dok. Pribadi)

“Pengolahannya itu pagi. Biasa direbus dulu (kedelainya), terus digiling ya, dicuci bersih, lalu dikasih ragi, udah. Siangnya udah siap untuk dibikin (menjadi bentuk tempe), Cuma kalau jadi, besoknya baru jadi,” jelas Mbak Nur terkait proses pengolahan hingga tempe siap untuk dijual.

Dulu, sebelum masa pandemi, Mbak Nur menceritakan bahwa usahanya bisa memiliki banyak pelanggan. Ia mengatakan bahwa hal itu menjadi berbeda ketika pandemi menyerang, keadaan penjualan bisa sangat sepi oleh pembeli. Menurutnya, ini disebabkan dari adanya PSBB yang terus dilakukan di Jakarta.

“Ya lebih bagus sebelum pandemi, lebih ramai. Kalau sekarang, lebih sepi. Apalagi PSBB terus kan,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak hanya menerima penjualan hanya dari pabriknya saja, melainkan juga turut berjualan di pasar-pasar. Mbak Nur memberi tahu bahwa ia berjualan di pasar pada malam hingga pagi hari, tepatnya pada pukul 7 malam hingga pukul 5 pagi.

“Kita di pasar dari jam 7 sampai jam 5 subuh, semalaman. Dua tempat, di pabrik juga, di pasar juga,” jelasnya.

Mbak Nur juga menceritakan bagaimana kesehariannya di pasar di masa pandemi ini. Ia mengatakan bahwa jam-jam ramai pembeli justru terdapat pada pukul 8 dan 9 malam. Namun, ia menjelaskan bahwa, itu hanya berlaku pada weekdays atau hari Senin sampai Jum’at saja. Pada hari sabtu dan minggu, ia malah mengatakan sebaliknya.

“Kalau saya kan keluarnya jam 7 malam ya. Jadi, ramainya itu di jam 8 dan 9-nya. Nah itu kejadiannya cuma weekdays aja. Kalau weekend tuh sepi,” ungkap Mbak Nur.

Mbak Nur mengatakan, sampai saat ini, ia belum berniat untuk mendaftarkan penjualan tempenya di toko ataupun ojek online. Ia menegaskan bahwa, sampai saat ini belum terlihat adanya permintaan dari para pelanggan terkait dimasukkannya opsi penjualan tempe miliknya ke aplikasi online, seperti toko dan ojek online.

Dokumentasi Penulis bersama Mbak Nur (Dok. Pribadi)
Dokumentasi Penulis bersama Mbak Nur (Dok. Pribadi)

Namun, Mbak Nur justru menjelaskan bahwa cara ia dalam beradaptasi terkait usaha penjualan olahan tempenya di masa pandemi ini ialah dengan menerima pesan dan antar bagi para pelanggannya yang tidak mau ataupun tidak bisa keluar akibat PSBB.

“Paling yang langganan-langganan, kita antarkan, kayak katering gitu. Kalau yang udah pada kenal kan, kadang suka order kalau mereka (pelanggan) enggak mau keluar gitu, kita kirim,” jelasnya.

Mbak Nur pastinya berharap pandemi virus Covid-19 dapat segera berakhir. Ia juga berpesan bahwa selama masa pandemi ini, ada baiknya, sebagai pengusaha, harus tetap sabar, tidak menyerah, selalu ingat bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, dan tetap mengikuti kabar dari pemerintah terkait kondisi pandemi ini kedepannya.

“Sabar saja lah istilahnya, rezeki mah enggak kemana. Gitu aja. Kita jalanin aja yang ada. Ngikutin aja pemerintah gimana gitu (kedepannya),” tutupnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun