Mohon tunggu...
Fathurrachman Zuhdi
Fathurrachman Zuhdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi || Media Enthusiast

Senang berdiskusi dan berbicara tentang media dan dunia kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Jatuh Bangun Usaha Pabrik Tempe di Masa Pandemi

29 Juni 2021   03:06 Diperbarui: 29 Juni 2021   03:13 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pabrik Tempe Mbak Nur (Dok. Pribadi)

Mbak Nur juga menjelaskan proses kesehariannya dalam mengolah tempe yang ia siapkan untuk dijual. Katanya, perlu waktu kurang lebih 2 hari waktu pengolahan hingga dapat dikatakan tempe siap untuk dijual kepada para pelanggan. Ia menjelaskan bahwa, di pabriknya, pengolahan tempe dilakukan di pagi hari, dan siangnya sudah siap untuk dibikin, tetapi tempe baru dapat dikatakan layak jual pada keesokan harinya karena tempe baru jadi sehari setelah pengolahan dilakukan.

Tempe-tempe Olahan Pabrik Mbak Nur (Dok. Pribadi)
Tempe-tempe Olahan Pabrik Mbak Nur (Dok. Pribadi)

“Pengolahannya itu pagi. Biasa direbus dulu (kedelainya), terus digiling ya, dicuci bersih, lalu dikasih ragi, udah. Siangnya udah siap untuk dibikin (menjadi bentuk tempe), Cuma kalau jadi, besoknya baru jadi,” jelas Mbak Nur terkait proses pengolahan hingga tempe siap untuk dijual.

Dulu, sebelum masa pandemi, Mbak Nur menceritakan bahwa usahanya bisa memiliki banyak pelanggan. Ia mengatakan bahwa hal itu menjadi berbeda ketika pandemi menyerang, keadaan penjualan bisa sangat sepi oleh pembeli. Menurutnya, ini disebabkan dari adanya PSBB yang terus dilakukan di Jakarta.

“Ya lebih bagus sebelum pandemi, lebih ramai. Kalau sekarang, lebih sepi. Apalagi PSBB terus kan,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan bahwa dirinya tidak hanya menerima penjualan hanya dari pabriknya saja, melainkan juga turut berjualan di pasar-pasar. Mbak Nur memberi tahu bahwa ia berjualan di pasar pada malam hingga pagi hari, tepatnya pada pukul 7 malam hingga pukul 5 pagi.

“Kita di pasar dari jam 7 sampai jam 5 subuh, semalaman. Dua tempat, di pabrik juga, di pasar juga,” jelasnya.

Mbak Nur juga menceritakan bagaimana kesehariannya di pasar di masa pandemi ini. Ia mengatakan bahwa jam-jam ramai pembeli justru terdapat pada pukul 8 dan 9 malam. Namun, ia menjelaskan bahwa, itu hanya berlaku pada weekdays atau hari Senin sampai Jum’at saja. Pada hari sabtu dan minggu, ia malah mengatakan sebaliknya.

“Kalau saya kan keluarnya jam 7 malam ya. Jadi, ramainya itu di jam 8 dan 9-nya. Nah itu kejadiannya cuma weekdays aja. Kalau weekend tuh sepi,” ungkap Mbak Nur.

Mbak Nur mengatakan, sampai saat ini, ia belum berniat untuk mendaftarkan penjualan tempenya di toko ataupun ojek online. Ia menegaskan bahwa, sampai saat ini belum terlihat adanya permintaan dari para pelanggan terkait dimasukkannya opsi penjualan tempe miliknya ke aplikasi online, seperti toko dan ojek online.

Dokumentasi Penulis bersama Mbak Nur (Dok. Pribadi)
Dokumentasi Penulis bersama Mbak Nur (Dok. Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun