bagaimana apa yang dilakukan untuk mencegah kejahatan dan korupsi melalui pendekatan paideia?Â
Bagi Werner Jaegers dalam The Ideals of Greek Culture in English, "Paideia" dianggap sebagai salah satu pencapaian terbesar dalam penelitian humaniora. "Paideia" adalah kata yang tidak dapat diterjemahkan. "Paideia" berasal dari pais = anak dan dalam bahasa Yunani adalah semua termasuk, yang berbagai aspek dalam bahasa modern sesuai dengan kata-kata seperti peradaban, budaya, tradisi, kesucian dan pendidikan. dari "Paideia" dimulai dengan pemeriksaan Iliad dan Odyssey, ekspresi sastra tertua dari semangat Yunani, dan mengarah pada jatuhnya hegemoni Athena setelah Perang Peloponnesia. Bagian kedua dan ketiga membahas kebangkitan budaya Athena pada abad keempat dan konflik antara pembayaran retoris dan filosofis dalam beberapa dekade sebelum penaklukan dunia oleh Makedonia.Â
Plato adalah tokoh sentral dari keduanya. Ide awal Jaeger digunakan untuk melacak perkembangan paideian melalui zaman Romawi dan Kekristenan awal. Masih harus dilihat, bagaimanapun, apakah dia akan mampu melakukan seluruh pertunjukan ini, aspek-aspek yang mungkin menjadi lebih jelas saat pekerjaan berlangsung. Yang pertama adalah bahwa orang Yunani memiliki tempat yang unik dalam sejarah berdasarkan apa yang mereka pikirkan tentang membesarkan sebuah keluarga. Budaya timur memiliki kode dan sistem pendidikan mereka sendiri. Tetapi tujuan mereka di atas segalanya adalah untuk melestarikan lembaga-lembaga keagamaan, politik atau sosial yang ada. Di antara orang-orang Yunani, tujuannya sama berbedanya dengan perkembangan manusia sebagai manusia. Pemikiran Yunani sangat manusiawi, sebuah fakta yang tercermin dalam agama, patung, puisi, filsafat, dan kehidupan sipil mereka. Jaeger mengatakan bahwa di negara lain mereka menciptakan dewa, raja, dan roh, sedangkan orang Yunani menciptakan manusia. Pembedaan ini begitu penting sehingga menegaskan bahwa lebih awal atau mungkin lebih banyak sejarah manusia di dunia dimulai di Yunani.Â
Jadi, orang Yunani adalah orang pertama yang melihat dalam pendidikan model kepribadian yang disengaja yang konsisten dengan citra manusia yang ideal. cita-cita Yunani terbentuk. Gagasan utama pendidikan Yunani adalah humanisme, yang merupakan pembentukan manusia dalam model universal manusia, bukan individualisme atau pengembangan individu yang bebas dari kecenderungan dan kecenderungan karakteristik pribadinya. Sementara cita-cita orang Yunani bukanlah estetika atau kehidupan dalam keindahan, dapat dikatakan bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk hidup sesuai dengan hukum yang mengikat manusia dengan dunia dan tatanan sosial agar menjadi indah. Dan akhirnya, tujuan akhir dari paideian bukanlah teori, karena pengetahuan itu sendiri bukanlah tujuan, tetapi sarana yang dengannya kita dapat melihat cita-cita dengan lebih jelas dan mudah. Temukan cara untuk melakukannya dengan lebih baik.Â
Filsafat politik Plato menyajikan pendidikan sebagai kunci reformasi sosial. Pendidikan beradab (paideia) mengarahkan keinginan anak berbakat untuk menjadi pemimpin yang baik. Sejak dini, dimensi prarasional ditangani melalui musik dan senam agar calon pemimpin memiliki kepekaan terhadap harmoni (indah dan baik). Setelah keinginan itu terbentuk, program selanjutnya adalah mengajarkan ilmu-ilmu teoritis dan seni diskusi. Hanya dengan begitu para filosof raja dan ratu yang bijaksana, berani, rendah hati, dan saleh dapat muncul untuk mereformasi tatanan sosial mereka. Paideia adalah sarana klasik untuk mereformasi tatanan politik. Paideia sedang mempersiapkan munculnya seorang pemimpin yang dapat menginspirasi banyak orang untuk mengikuti teladannya. Di tengah suasana priyayi otokratis yang terjalin melalui ideologi kekerasan agama yang mengancam bangsa ini, paideia adalah upaya budaya di mana kita ingin menjaga demokrasi melalui gerbang kapitalisme keluarga.
Â
Berasal dari sudut psikologi hedonistik, bahwa setiap perilaku yang dilakukan oleh seorang individu dilakukan menurut keseimbangan antara kesenangan dan ketidaksenangan (penyakit). Dengan demikian, individu memiliki hak untuk memilih antara yang baik dan yang jahat, dan memilih tindakan yang menimbulkan kesenangan atau tidak. Cesare Beccaria menjelaskan bahwa, ketika seseorang melanggar hukum, dia mempertimbangkan kesenangan dan rasa sakit yang akan dia dapatkan dari tindakan tersebut. Belakangan, Beccaria juga menunjukkan bahwa, ketika seseorang melanggar aturan yang ditetapkan oleh hukum, mereka juga harus dihukum tanpa memandang usia, kesehatan mental, kekayaan, dan kondisi lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan kejahatan agar tidak berkembang lebih jauh atau meluas dan dapat mempertimbangkan tindakan sebelum mengambilnya. Upaya pencegahan kejahatan yang dibahas dalam dokumen ini dilihat dari perspektif pendidikan (paideia).
Ditinjau oleh Werner Jaeger (1888 -- 1961), paideia diartikan sebagai salah satu bagian dari pendidikan dan kebudayaan Yunani. Paideia jika dilihat melalui segi pendidikan, yakni suatu proses pembentukan diri ke dalam wujud tertentu yang ideal. Akan tetapi jika dipandang melalui segi kebudayaan atau kultur, paideia merupakan suatu kesadaran komunal yang ditandai dengan hadirnya arus intelektual dan spiritual yang beragam, berhantaman, dan saling menyeimbangkan. Paideia merupakan hasil pemikiran dari para penyair, negarawan, sastrawan, dan filsuf yang pada perkembangannya bertumbuh menjadi besar membentuk kebudayaan Yunani Klasik.
Orang Yunani memiliki pandangan mengenai pendidikan, yaitu sebagai model karakter yang dibentuk dengan citra ideal manusia. Manusia dikatakan ideal oleh orang Yunani jika dasarnya merupakan makhluk sosial atau politik, terikat oleh hukum, dapat mengekspresikan sifatnya sendiri, dan dapat melayani komunitas manusia ditempat ia berasal. Bagi pendidikan Yunani, humanisme merupakan sebuah gagasan utama. Dimana humanisme merupakan suatu pembentukan manusia untuk sesuai dengan pola manusia universal, bukan dengan individualisme yang berkembang bebas atas kecenderungan dan karakteristik pribadi. Jika dilihat secara jauh, cita-cita budaya yang dimiliki oleh orang Yunani adalah kehidupan yang berjalan sesuai hukum yang mengikat manusia pada tatanan dunia.
Menurut Plato, pendidikan atau paideia adalah salah satu cara untuk mendidik individu dari tempat gelap menuju tempat terang (peristrophe) yang mana dilakukan untuk meraih kebenaran atau kebijaksanaan (periagoge). Suatu hal yang menarik dalam paideia adalah para pendidik harus bersungguh-sungguh dalam mendidik para muridnya. Plato juga mengatakan bahwa pendidikan dapat dilakukan melalui permainan dan artifisal. Individu yang memiliki keinginan untuk menjadi pemimpin, maka ia harus bermain dengan permainan yang berhubungan pada pengajaran moral. Plato sangat menolak akan mitos yang berkaitan dengan kematian, kebencian, dan kesedihan. Menurutnya, calon pemimpin harus memiliki kebebasan dalam berpikir yang positif dan takut pada perbuatan perbudakan atau penindasan. Selain itu, Plato juga membantah tentang mitos mengenai dewa yang kehilangan batas diri, pahlawan yang gemar korupsi dan melakukan tindak asusila. Menurut Plato, cerita atau mitos tersebut adalah palsu dan jahat.
Plato mengatakan jika negara dan manusia memiliki persamaan, maka dari itu moralitas menjadi hal yang utama untuk diperhatikan dalam kehidupan negara, serta moralitas harus menjadi hal yang hakiki dengan keberadaan para penguasa dan seluruh warga negara sebagai manusia. Negara yang ideal merupakan komunitas etikal dalam meraih kebajikan dan kebaikan. Negara ideal merupakan suatu keluarga dan sebab dari itu setiap warga negara harus memiliki sikap kekeluargaan untuk mencerminkan kerukunan dan keharmonisan. Dalam melahirkan calon pemimpin, menurut Plato metode pembelajaran yang dipakai mengarah kedalam pusat jati diri manusia, yakni jiwa. Dikatakan demikian karena jiwa memiliki karakteristik yang elastis atau mudah untuk dibentuk. Sehingga pendidikan akan memiliki visi yang jelas untuk mengarahkan hiwa para anak didik untuk mencapai tujuan dan cita-cita. Ditegaskan oleh Plato, bahwa dalam memilih calon pemimpin harus yang berasal dari keturunan yang baik, cinta akan kebijaksanaan, cinta pengetahuan dan kebenaran, benci terhadap kebohongan, daya ingat yang bagus, dan unggul akan moral.