Mohon tunggu...
Fardan Mubtasir
Fardan Mubtasir Mohon Tunggu... Guru - Human, Culture, and Society

Seseorang yang sedang belajar menjadi manusia dan belajar berbagi coretan-coretan sederhana yang bisa berdampak positif terhadap sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Angin: Saksi Kesempurnaan dalam Hidup

2 September 2024   11:32 Diperbarui: 2 September 2024   11:49 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayah bisa bantu Lana mengerjakan tugas ekonomi? Lana kurang mengerti tentang materi menghitung APBD dan APBN yah." Ucap Lana dengan ekspresi muka kusut.

"Lana sudah mencoba memahami apa yang guru jelaskan?" suara lembut Ayahku dengan tenang menjawab permintaan itu.

"Sudah yah, tapi Lana tetap tidak mengerti. Lana juga sudah mencoba untuk belajar lewat HP tapi tetap saja Lana masih tidak paham." Jelas ku.

"Kalau begitu biar Ayah bantu ajarkan materi yang Lana belum mengerti sampai sekarang." Jawab Ayah.

Mataku mulai berkaca-kaca, tidak menyangka bahwa akan ada saat dimana aku bisa meminta bantuan mengerjakan tugas kepada Ayah. Sedari kecil aku diajarkan untuk selalu mandiri dan menyelesaikan tugas sekolah ku sendiri, Ketika aku meminta bantuan maka Ayah dan Ibu akan menyuruhku untuk membuka kembali buku pelajaranku dan mencari jawabannya.

Rasanya sakit melihat anak lain bisa dengan bangga mengatakan bahwa mereka diajarkan dan dibantu oleh orang tuanya, terlihat sangat suportif pikirku. Seringkali tugas kerajinan dan kebudayaan membebaniku, ketika mendapatkan tugas untuk membuat sulaman maupun kerajinan dan karya seni lainnya. Meski tidak bisa melakukannya aku tetap berusaha menyelesaikan semua sendiri karena aku tahu akan sia-sia jika meminta bantuan Ayah dan Ibu. Mereka akan selalu menyuruhku berusaha karena itu adalah tugas pribadiku.

Sama dengan kejadian tadi, setelah menyaksikan peristiwa tersebut aku segera dipindahkan lagi ke tempat lain dalam sekejap mata. Kali ini ruangannya adalah di ruang tamu keluarga, meski baru melihat namun samar-samar aku merasakan kehangatan dari ekspresi mereka berdua.

"Lana capek bu." Ucapnya dengan nada lemah.

"Lana anak Ibu tersayang, ada sesuatu yang membuat Lana pusing di sekolah tadi? Lana boleh cerita ke ibu kalau tidak keberatan." Ibu dengan nada ramah dan lembutnya menjawab perlahan.

"Hari ini rasanya kacau sekali, tadi pagi Lana datang terlambat ke sekolah karena terjebak macet di jalan. Lalu di sekolah pun Lana belum punya teman sama sekali, Lana takut nanti tidak akan ada yang mau berteman dengan Lana sampai akhir." Lana mulai menjelaskan kejadian yang membuatnya gelisah hari ini.

Tidak langsung menjawab, Ibu tersenyum sejenak dan mulai mengusap kepalaku perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun