Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Gaun Malam buat Nona Liu

2 Februari 2024   13:53 Diperbarui: 10 Februari 2024   21:23 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gaun mewah(Shutterstock via kompas.com)

Kami menyantap hidangan yang terdiri dari pangsit goreng, ikan kukus dan sawi berkuah dengan lahap, walaupun Xia-Xia sebagai bocah kurang bisa menikmatinya.

Semenjak hari itu hubunganku dengan ibu dan putrinya itu terjalin bagai sebuah ikatan keluarga.

Naluri kebapaanku tersentuh oleh penampilan bocah cilik yang manis, manja dan perajuk tersebut. Kurasa itu merupakan ekspresi wajar seorang anak yang haus kasih sayang. Karena hampir setiap malam tidur di ranjang dingin tanpa dekapan sang bunda.

Secara perlahan perasaanku yang membeku kembali mencair. Mirip lurusnya salju di musim semi. Sesekali Xia-Xia diperbolehkan menginap di rumahku. Meskipun untuk itu aku terpaksa mengorbankan diri harus tidur di lantai ruang kerjaku hanya beralaskan kasur tipis. 

Aku hanya memiliki sebuah ruang tidur yang akan kuberikan kepada sang putri bila ia ingin menginap. Nona Liu nampaknya tidak keberatan. Karena putrinya beralasan bosan tidur dengan bibi Chang yang badannya bau.

Xia-Xia pandai sekali berceloteh. Terkadang bisa menyebabkan konsentrasiku terganggu selama bekerja. Namun aku sama sekali tidak keberatan menjadi pendengar yang baik untuknya.

Bocah itu terlalu muda untuk menyadari apa profesi nona Liu. Ia hanya tahu sang ibu bekerja lembur di suatu pabrik makanan. Berangkat saat senja. Tiba ke rumah menjelang pagi dalam kondisi sangat kelelahan. 

Sesekali bahkan dalam keadaan setengah mabuk. Namun waktu berangkat maupun pulang ia selalu tampil sederhana. Tanpa riasan atau pakaian seronok. Ini ia lakukan demi menghindari sorotan negatif para tetangganya di lingkungan kumuh dan padat penduduk tersebut.

Masa untuk mengirim Xia-Xia ke bangku sekolah pun tiba. Usianya sudah enam tahun. Sebagai ibu nona Liu sangat ingin putrinya mendapatkan pendidikan terbaik. Ia menginginkan sebuah sekolah dasar milik kaum misionaris Khatolik. Untuk itu anaknya harus punya asal-usul yang jelas. 

Jadi ia meminta bantuanku guna mendampinginya mendaftar ke sekolah berbasis dua bahasa -Inggris dan Mandarin- tersebut. Mengaku sebagai ayah putrinya. 

Ini membuat hatiku berbunga. Bisa turut berperan mempersiapkan gadis itu menyongsong masa depan yang lebih baik. Terutama membantunya mengenalkan peradaban yang lebih maju. Tidak terlalu terpaku terhadap tradisi China yang kolot serta merendahkan martabat wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun