Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Gaun Malam buat Nona Liu

2 Februari 2024   13:53 Diperbarui: 10 Februari 2024   21:23 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gaun mewah(Shutterstock via kompas.com)

Beberapa saat kupandangi dia berjalan menjauh hingga bayangannya lenyap di ujung gang. Aku didera perasaan nelangsa, demi menyadari betapa parahnya diriku menyekap luka masa laluku.

Keluargaku berasal dari desa Taxia yang menjadi bagian dari propinsi Nanjing. Setelah menikah aku memutuskan pergi meninggalkan desa di lembah sungai Yangtze dan mayoritas penduduknya hidup dari bercocok tanam tersebut.

Tubuhku yang ringkih tidak memungkinkanku menghidupi keluarga dari bertani. Jadi kutinggalkan istriku merantau ke Shanghai. Tanpa sadar saat itu ia sedang mengandung.

Pertengahan tahun 1931 hampir tiga bulan hujan melanda desa kami. Mencapai puncaknya tatkala tanggul di sekitar danau Gaoyou jebol. Banjir bandang pun tiba menyapu bersih ratusan desa di sepanjang sungai, menewaskan 37 juta penduduk. Istriku yang baru saja melahirkan turut menjadi korban beserta ibu mertuaku yang tidak sempat menyelamatkan diri.

Jenazahnya ditemukan tertahan di sebuah batu karang dalam posisi masih memeluk bayi perempuan kami yang baru berumur satu bulan. Bayi yang bahkan belum sempat kuberi nama.

Peristiwa itu rasanya sulit dicerna akal sehatku. Aku tidak bisa lagi menguraikan rasa kesedihanku sebagaimana mestinya. Istri dan putri yang belum sempat kutemui hingga meninggal membuatku mati rasa. Aku memutuskan meninggalkan desa kami bersama segala kenangan buruknya, hidup merantau hingga kini.

Semenjak saat itu aku hanya mampu menyalurkan hasratku terhadap perempuan melalui dunia modiste. Meraba dan mempelajari secara anatomis setiap lekuk tubuh dan bentuk tulang wanita yang kuperlakukan sebagai boneka hidup. 

Dari hasil perabaan dan pengukuran itulah imagonasiku tentang kecantikan perempuan kutumpahkan melalui berbagai gaun ciptaanku. Membuat lawan jenisku tampil anggun, selaras dengan bentuk tubuh masing-masing.

Nona Liu kembali muncul di kedaiku dua hari kemudian bersama Xia-Xia. Menenteng rantang berisi makan siang dengan lauk-pauknya. Sebulan sekali ia harus cuti lantaran tuntutan biologisnya sebagai wanita. 

Biasanya sekitar lima hari. Itu dimanfaatkannya guna mendekatkan diri dengan putrinya yang hampir setiap malam tidur dengan bibi Chang, sang pengasuh. Wanita berusia setengah abad tersebut masih kerabatnya di desa. Sengaja ia datangkan ke Shanghai demi menjaga putrinya bila ia sedang bekerja malam.

Siang itu nona Liu tampil normal. Segala sifat binalnya pupus. Ia lebih terlihat sebagai seorang ibu muda biasa tanpa riasan wajah dan hanya mengenakan kemeja katun dipadukan celana panjang berbahan drill yang sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun