Pagi itu ia datang ke tempatku membawa sepotong bahan kasmir. Setahuku kain itu berasal dari Mongolia. Tenunannya sangat halus dan lembut. Hanya bisa dibeli kalangan pejabat tinggi yang sering bepergian ke berbagafi daerah untuk kunjungan kerja.
Nona Liu mengaku kain itu diberikan oleh seorang adipati yang baru saja melakukan kunjungan ke pedalaman Cina mengawal junjungannya. Lelaki itu sudah lama tergila-gila kepadanya.
Menuruti saranku nona Liu akan menjadikannya sebagai penutup gaun yang mudah ia padankan dengan beragam gaun pesta berleher rendah yang dia miliki. Warnanya Rose Wood, hasil proses pencelupan menggunakan getah kayu dan bunga tanaman berkualitas tinggi.
Ia hampir beranjak tatkala nyonya besar keluarga Wang menyusup masuk ke kedai jahitku diiringi dayangnya sambil membopong setumpuk kain. Terselip diantaranya sebuah bahan kasmir yang sama seperti milik nona Liu, dengan corak warna berbeda.
Sekilas ia melirik kain yang kusampirkan di sebuah manekin. Spontan emosinya meledak.
Dengan keji ia menuding nona Liu sambil melontarkan makian yang kasar.
"Dasar perempuan jalang. Dari mana kau mendapatkan kain itu?"
Nona Liu bukanlah wanita sembarangan yang mudah ditindas. Ia sudah malang melintang didalam kehidupan malam kota Shanghai yang ganas dengan beragam karakter manusianya. Dari preman kroco hingga pejabat tinggi.
Dengan tenang ia tersenyum sambil menjentikkan jarinya. Menghadapi wanita tengah baya bertubuh mirip bantalan bakcang tersebut.
"Tentu saja dari langganan setiaku, nyonya besar Wang."
Nada bicaranya santai, penuh rasa percaya diri. Membuat lawannya lepas kendali.