Dia ditinggalkan istri,sedang aku kehilangan ibu. Jadi apalagi yang harus dibicarakan?
Mulai hari itu kami berdua menjalin komunikasi yang serba canggung. Tidak mau menjadikan ibu sebagai topik pembicaraan. Belajar mencerabut ingatan kami terhadap dirinya.
Semenjak saat itu aku tumbuh menjadi gadis yang pemalu dan penyendiri. Kehilangan keyakinan, baik terhadap dunia maupun diri sendiri. Tatkala seorang anak sadar, ibu yang melahirkannya saja tidak menghendaki dirinya, lantas apa yang masih diharapkannya dari dunia?
Malam kedua setelah toko tutup kakek-nenek berkunjung ke rumah. Mereka yakin ada sesuatu yang tidak beres menimpa keluarga putra tunggalnya. Selama ini kami berusaha menutupi kebiasaan ibu berjudi terhadap mereka demi menjaga agar hubungan ibu dan mertuanya tidak makin memburuk.
Begitu melihat kondisi kami nenek langsung meledak. Sambil menangis mencengkeram dan menggoncang tangan kakek.
"Lihat apa yang sudah kau lakukan terhadap anak kita!"
Kakek hanya diam menunduk.
"Kenapa kamu bawa pulang pelacur cilik itu dan membiarkan anak kita mengawininya hah !" Nenek kembali mencengkeram bahu lelaki malang itu dan menyentakkannya berulang kali. Namun sekali lagi kakek hanya membuang muka. Tidak menjawab.
Aku mengamati keributan itu dengan bingung. Mengapa nenek mengatai ibuku sebagai "pelacur cilik"? Jadi siapakah sebenarnya ibuku?
Pertanyaan itu akan terjawab kelak.
Yang jelas semenjak hari itu nenek memboyongku pindah tinggal bersamanya. Karena mustahil bagi kami berdua hidup di rumah tanpa kehadiran sosok wanita untuk mengurus rumahtangga.
Semenjak saat itu rumah yang kami tinggali semenjak aku lahir dibiarkan kosong . Aku tidak pernah lagi kembali ke sana hingga dewasa. Tidak sanggup menyerap kenangan buruk masa kecilku yang getir bersama sosok ibu yang makin lama makin menjauhi hidupku.
Siapakah ibuku?