Namun, seakan tak perduli dengan turunnya hujan. Adinda masih tetap tak beranjak dari makam sahabat satu-satunya itu.
"Maaf Ra. Maaf. Hanya itu yang dapat kuucap."
Adinda memeluk nisan bertuliskan nama Adera disana.
"Tenang disana Ra." lirih Adinda sebelum beranjak.
Dengan langkah pelan, Adinda mulai menjauhi nisan Adera. Dengan sesekali membalikkan badan, seakan tak rela untuk pergi.
Bahkan setelah kakinya sudah sampai pada gapura makam, Adinda masih sempat untuk membalikkan badan.
Hingga saat ia berada di depan gapura, tatapan sendu yang tersirat banyaknya duka yang dirasa Adinda tetap yang berkurang. Bahkan mungkin terlihat semakin bertambah.
Beberapa kali Adinda menghela nafas panjang, hingga ia melanjutkan langkah untuk segera pulang kerumah.
Hanya satu yang ia yakini saat ini. Bahwa rasa kecewanya kini seakan menjadi balasan rasa kecewa Adera kalau itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H