***
"Kalau saat itu aku tau itu adalah saat terakhir kamu, aku gak akan pergi sama Arwan Ra."
Mata Adinda seakan tak ada rasa lelah untuk meneteskan cairan bening berupa air mata itu.
"Kalau saat itu aku tau begitu banyak yang kamu korbankan buat aku.. Aku mungkin bakalan bersujud Ra," lanjut Adira dengan suara yang semakin lirih.
"Kamu mengenalku Ra. Sangat. Semua tentangku, kamu tau. Tapi aku.. Mencoba mengerti kamu pun tidak kulakukan." Gemetar menjalar di seluruh tubuh Adinda.
Suara gelegar guntur seakan menjadi temannya saat itu.
"Bahkan, alam pun seakan marah padaku Ra."
Air mata yang merembes keluar itu, seakan tak ingin berhenti walau Adinda mencoba untuk menghentikannya. Namun, dadanya terlalu sesak akan kenangan pedih kalau itu.
"Kamu tau Ra? Sekarang, aku sendiri. Tak ada satupun Ra. Tak ada satupun yang bersama denganku. Semua.." Lagi dan lagi, tenggorokan Adinda terasa tercekat ketika ingin mengungkapkan.
"Semua menghilang Ra. Semua orang pergi. Semua.. Pergi."
Guntur pun sekali lagi menyambar kesana kemari. Seakan tak membuat Adinda menjadi lebih tenang. Disusul dengan hujan yang tiba-tiba turun ke bumi.