Namun, lagi dan lagi hanya gelengan kepala yang Adinda dapatkan dari Adera.
Pandangan Adinda secara reflek menatap Adera dan Arwan secara bergantian. Bingung hendak memilih siapa.
Setelah menghela nafas berkali-kali, sebuah keputusan hinggap di dalam kepalanya.
"Nanti aku hubungi ya kalau bisa," putus Adinda sepihak dengan menatap wajah Arwan, tanpa melirik ekspresi Adera sedikit pun.
Senyuman yang terbit dari wajah Arwan menandakan persetujuan dari keputusan Adinda.
"Kenapa kamu bilang seperti itu Din?" interogasi Adera saat bayangan Arwan sudah tak terlihat lagi.
"Aku pengen keluar sama dia Ra." Adinda hanya bisa menundukkan kepalanya. Tak berani menatap mata Adera yang berada didepannya itu.
"Tapi.. Kamu janji sama aku kalau nanti mau nemenin aku ke suatu tempat itu."
Kepala yang tertunduk itu,tiba-tiba mendongak. Tatapan mata Adinda menajam. Hingga tanpa sadar bibir sebelah kanannya terangkat seraya berkata, "tapi aku juga bisa buat ngebatalin janji itu kan."
"Kamu--"
"Kenapa?!" sela Adinda saat satu kata keluar dari bibir Adera.