"Kata kamu, kita bakalan bareng terus sampai sukses. Kata kamu, kamu nggak akan ninggalin aku. Kata kamu--"
Semua kata yang hendak ia lontarkan, seakan tercekat ditenggorokan.
Perasaan berkecamuk itu masih ada. Perasaan kehilangan itu masih terasa.
Bahkan, kehadirannya yang tlah pergi terlihat seperti halusinasi semata.
Tiba-tiba kilasan masa lalunya seakan berputar bagai kaset rusak, lagi. Tentang kenangannya dengan Adera. Semuanya, tanpa satu hal pun yang terlewat.
Perihal senyumannya, tatapan teduhnya, caranya melindungi dan membela Adinda. Semuanya seakan berputar. Bahkan hingga kejadian kelam beberapa minggu lalu tak luput dari ingatannya.
***
"Lo apa-apaan sih!"
Bentakan itu terdengar setelah kedua tangan yang entah milik siapa menyentuh bahunya yang sudah bergetar menahan tangis yang hendak pecah dan berusaha menuntun tubuh Adinda yang sudah basah kuyup itu agar berdiri tegap.
"Gak usah sok jagoan ya, lo gak tau masalahnya apa!" teriak Jessi, teman kelas Adinda yang menyiram Adira dengan jus jambunya.
Suasana kantin yang memang sudah ramai, semakin bertambah gaduh ketika sahutan sorak-sorai digaungkan.
Akan tetapi, seseorang yang sedari tadi memegang bahunya itu tak lagi bersuara. Justru membimbingnya untuk pergi ke loker siswi.