Mengapa Pramoedya dipandang negatif oleh Orde Baru?
Pramoedya dikenal sebagai seorang nasionalis dan humanis yang memperjuangkan keadilan sosial, kebebasan berpikir, serta hak-hak rakyat kecil. Dalam banyak karyanya, seperti Tetralogi Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca), dia lebih banyak mengkritik ketidakadilan kolonialisme dan sistem feodal yang menindas rakyat kecil daripada mempromosikan komunisme secara langsung.
Dia pernah mendukung kebijakan-kebijakan Soekarno yang cenderung kiri pada tahun 1950-an hingga awal 1960-an, akibatnya setelah peristiwa 1965 dia menjadi korban politik. Dia dipenjara selama 14 tahun di Pulau Buru tanpa pengadilan, dan banyak karyanya dilarang di Indonesia selama era Orde Baru.
Setelah peristiwa 1965 yang menggulingkan Soekarno dan membawa Soeharto ke kekuasaan, Pramoedya dianggap berbahaya karena pernah terlibat dengan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), sebuah organisasi kebudayaan yang berafiliasi dengan PKI.
Pramoedya Ananta Toer memiliki kedekatan dengan beberapa organisasi yang berafiliasi dengan PKI, seperti Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), yang membuatnya dicap sebagai komunis oleh rezim Orde Baru.
Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) dilarang karena dianggap sebagai organisasi kebudayaan yang berafiliasi dengan PKI (Partai Komunis Indonesia), yang pada akhirnya dibubarkan setelah peristiwa 1965.Â
Ada beberapa alasan mengapa Lekra dipandang negatif oleh pemerintah Orde Baru dan kelompok-kelompok yang berseberangan dengannya:
1.Afiliasi dengan PKI
Lekra sering dikaitkan dengan ideologi komunis karena berhubungan erat dengan PKI. Dalam situasi Perang Dingin, di mana komunisme dianggap ancaman oleh negara-negara Barat dan kelompok anti-komunis di Indonesia, keberadaan Lekra menjadi kontroversial.
2.Politik dalam Sastra dan Seni
Lekra menganut prinsip "Seni untuk Rakyat", yang berarti seni harus berpihak pada kaum buruh dan tani serta menolak karya-karya yang dianggap borjuis atau tidak berpihak pada perjuangan rakyat. Akibatnya, seniman yang tidak sejalan dengan visi Lekra, terutama yang mendukung kebebasan berekspresi tanpa unsur politik, sering mendapat tekanan.